Komodo (Varanus komodoenis)

Komodo

Komodo merupakan salah satu spesies reptil unik yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah karena komodo dapat berkembang biak dengan cara partenogenesis alias tanpa perkawinan.  Ia juga merupakan merupakan spesies kadal terbesar yang ada di dunia, ukuran tubuhnya bisa mencapai 2 – 3 meter.

Oleh karena besar tubuhnya, reptil ini menduduki posisi predator puncak yang mendominasi ekosistem tempat hidupnya. Habitat alaminya berada di Pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang dan Gili Dasami di Nusa Tenggara.

hewan yang dalam bahasa latin dikenal dengan nama Varanus komodoenis ini, memiliki kuku yang tajam sehingga memudahkannya untuk mencabik korbannya. Ia tidak memiliki indra pendengaran, meskipun memiliki lubang telinga.

Spesies ini memiliki indera penglihatan yang cukup baik, ia mampu membedakan warna, namun kurang mampu membedakan objek yang tidak bergerak. Selain itu, ia mampu melihat hingga sejauh 300 m, tetapi tidak begitu baik melihat di kegelapan malam. Untuk itu ia menggunakan lidahnya untuk mendeteksi rasa dan membau mangsa di kegelapan malam. Dengan bantuan angin dan kebiasaannya menggelengkan kepala ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, komodo dapat mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh 4 – 9,5 km. Di sekujur tubuhnya terdapat sisik yang diperkuat dengan tulang dan memiliki sensor yang terhubung dengan saraf yang peka terhadap sentuhan.

Habitat Komodo

Komodo secara alami hanya dapat ditemukan di Indonesia, tepatnya di Pulau Komodo, Flores, Rinca dan beberapa pulau lainnya di Nusa Tenggara. Habitatnya berada di padang rumput kering terbuka, sabana dan hutan tropis.

Untuk tempat berlindung, reptil raksasa ini akan menggali lubang sebesar 1-3 meter dengan tungkai depan dan cakarnya yang kuat. Oleh karena besar tubuhnya dan kebiasaan tidur di dalam lubang, ia dapat menjaga panas tubuhnya selama malam hari dan mengurangi waktu berjemur pada pagi selanjutnya.

Tempat-tempat persembunyiaannya biasanya berada di daerah bukit pasir laut atau perbukitan terbuka dan disana akan berserakan kotoran hewan penghuninya. Tempat ini merupakan lokasi yang strategis untuk menyergap rusa, babi, kambing ataupun kerbau.

Jenis Makanan

Jenis makanan komodo adalah daging, ia lebih menyukai daging segar daripada daging yang telah busuk. Mangsa utamanya adalah rusa dan babi, tetapi berbagai hewan lain juga dimakannya. Nafsu makannya luar biasa, saat sedang lapar dalam sehari dapat menghabiskan makanan sebanyak 80% dari berat tubuhnya. Apabila telah kenyang, ia dapat hidup dalam waktu panjang tanpa makanan.

Air liur yang dimiliki reptil ini menggandung racun yang mematikan, selain itu pada air liurnya juga terdapat berbagai jenis bakteri yang mengakibatkan luka gigitan menjadi bernanah. Hal ini menyebabkan rusa atau mangsa lain yang terluka tetapi berhasil melarikan diri akan mati beberapa hari kemudian. Dengan indera penciumannya yang tajam, komodo dapat mencium bau bangkainya untuk menelurusi lokasi mangsanya dan kemudian akan memakannya ketika ia yakin mangsanya telah benar-benar mati.

Cara Berkembang Biak Komodo

Komodo merupakan salah satu hewan yang menjadi maskot Indonesia, hal ini dikarenakan karena ia hanya hidup secara alami di negeri Indonesia. Selain itu, reptil satu ini memang tergolong istimewa, salah satunya dikarenakan ukurannya yang merupakan reptil terbesar di dunia. Komodo berkembang biak dengan cara bertelur, biasanya induk betina bertelur sebanyak sekitar 15-30 butir dalam sekali waktu. Biasanya, reptil ini akan matang secara seksual pada umur 6 sampai 10 tahun.

Musim perkawinan komodo berlangsung dari bulan mei hingga agustus. Para pejantan biasanya akan bertarung antar sesamanya untuk menentukan pemilihan betina. Pertarungan komodo jantan ini sangat menarik untuk dilihat. Kedua pejantan akan saling berdiri, kemudian mereka akan saling mendorong dan memukul menggunakan kaki depannya. Pejantan yang kalah tarung kemudian akan terjantuh, selanjutnya sang pemenang akan menindihnya.

Perjuangan komodo jantan pemenang tidak hanya sampai sini, sang betina akan menantang bertarung pejantan pemenang ini, betina akan menggigit dan mencakarnya. Pejantan harus bisa mengendalikan betina ini sebelum melakukan fertilisasi. Barulah setelah mengendalikan si betina, komodo bisa berkembang biak. Proses pertarungan ini hanya dilakukan komodo sekali seumur hidup, hal itu dikarenakan kadal raksasa ini seumur hidupnya hanya kawin dengan 1 individu saja (monogami).

Setelah terjadi fertilisasi, induk betina akan menggali lubang sedalam 9 meter dan menaruh telur disana. Lubang ini kemudian ditutupinya dengan tanah dan setelah 8-9 bulan, telur-telur komodo tersebut akan menetas. Proses penetasan telur ini merupakan suatu hal yang melelahkan bagi anak komodo yang baru menetas. Setelah berhasil menyobek cangkang telur, mereka harus menggali keluar dari lubang sedalam 9 meter. Di tahun awal hidupnya, anak komodo biasanya hidup di atas pohon untuk menghindari ancaman dari predator. Salah satu predatornya justru adalah sesama komodo yang telah dewas Sulitnya anakan komodo bertahan hidup inilah yang menjadi salah satu penyebab semakin langkanya hewan ini.

Perkembangbiakan Komodo Tanpa Pasangan

Salah satu hal unik dalam cara berkembang biak komodo adalah ia bisa bereproduksi tanpa pasangannya. Hal tersebut dapat dilakukan komodo betina yang tidak dapat bertemu pejantan. Cara berkembang biak yang seperti ini disebut dengan nama Parthenogenesis. Hal ini terjadi apabila sebuah sel telur membuahi sel telur lainnya.

Seekor komodo betina memiliki kromosom kelamim ZW sedangkan pejantan membawa kromosom kelamin ZZ. Ketika parthenogenesis terjadi kromosom Z hanya dapat membuahi kromosom Z juga, begitu juga dengan sel telur yang membawa kromosom W hanya dapat membuahi sel telur lain yang membawa kromosom W. Sayangnya, telur yang membawa kromosom WW tidak dapat berkembang. Hal itulah yang menyebabkan anakan hasil parhenogenesis ini hanya menghasilkan komodo laki-laki (kromosom ZZ).

Penyebab Kelangkaan Komodo

Saat ini populasi komodo yang ada di seluruh Indonesia diperkirakan ada sekitar 3.000 individu saja. Oleh sebab itu, upaya pelestarian populasi hewan ini perlu dilakukan dengan baik agar kadal terbesar di dunia ini tidak mengalami kepunahan. Langkah pertama yang perlu kita lakukan dalam upaya pelestarian hewan ini adalah dengan mencari apa saja yang menyebabkan populasinya terus berkurang.

Hal pertama yang menjadi penyebab kelangkaan komodo adalah adanya perburuan liar terhadap hewan yang menjadi makanannya, seperti babi hutan, kerbau dan rusa. Dengan hilangnya populasi ketiga hewan tersebut maka, reptil ini akan kesulitan untuk dapat bertahan hidup. Bahkan akibat kelangkaan makanan ini, seringkali komodo dewasa akan memangsa anaknya yang baru menetas dari telur.

Penyebab kedua yang harus diperhatikan adalah karena perkembangan pariwisata yang terjadi di habitat alami hewan tersebut. Tingginya wisatawan yang berkunjung menyebabkan terganggunya ekosistem. Paling tidak dikarenakan masalah sampah saja, dengan semakin banyak manusia yang datang maka sampah yang dihasilkan akan semakin bertumpuk juga.

Penyebab lainnya adalah adanya kebakaran hutan yang menyebabkan kerusakan habitat. Kebakaran yang terjadi diakibatkan ulah manusia akan membuat terputusnya rantai makanan sehingga setiap komponen biotik yang ada di dalam ekosistem akan terkena imbasnya.

Cara Melestarikan Komodo

Setelah kita mengetahui apa saja yang menjadi penyebab kelangkaan komodo, kita bisa melakukan langkah-langkah untuk mengantisipasinya. Satu hal penting yang perlu dilakukan adalah dengan memperbaiki habitat alami, sehingga hewan ini dapat mencari makan dan hidup dengan tentram. Memperbaiki habitat ini sudah mulai dilakukan dengan baik oleh pemerintah, salah satunya dengan jalan membatasi turis yang masuk ke dalam habitat komodo. Turis ini walaupun memberikan keuntungan secara finansial, tetapi terkadang perilakunya dapat membuat kerusakan terhadap habitat. Salah satu contohnya saja adalah masalah sampah, ketika sampah yang ditinggalkan turis ini menumpuk maka tentu saja akan mencemari lingkungan.

Selain memperbaiki habitat alaminya, kita juga harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui betapa pentingnya melestarikan hewan ini. Sayangnya, masyarakat masih seringkali berkonflik dengan hewan ini. Salah satu sebabnya karena komodo kerap menyerang ternak warna yang dijadikan sebagai sumber makanannya. Untuk mengatasi masalah ini, ada baiknya pemerintah menyiapkan hewan-hewan herbivora yang biasa dijadikan makanan reptil ini dan dilepaskan ke habitatnya. Jika itu dilakukan, komodo tidak perlu lagi memburu ternak warga yang tinggal disekitar habitatnya.