Cara Berkembang Biak Komodo

Cara berkembang biak komodoBerbeda dengan spesies reptil lainnya, selain melalui telur komodo dapat berkembang biak dengan cara partenogenesis. Cara berkembang biak komodo ini dilakukan tanpa fertilisasi oleh pejantan, jadi tanpa perlu dibuahi sperma, ovum akan berkembang menjadi embrio. Parteogenesis ini merupakan salah satu adaptasi yang dilakukan reptil raksasa ini untuk menghindari kepunahan. Hal itu dikarenakan semakin susahnya betina menemukan pejantan.

Pendahuluan

Sebelum kita membahas mengenai perkembangbiakkan komodo, ada baiknya kita mengulas terlebih dahulu tentang reptil satu ini. Hewan yang panjang tubuhnya dapat mencapai 3 meter ini merupakan spesies reptil yang hanya dapat ditemukan secara alami di Indonesia, tepatnya di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur. Pulau ini terletak di sebelah timur pulau Sumbawa, keduanya dipisahkan oleh Selat Sape. Ini merupakan suatu obyek wisata yang banyak dikunjungi turis dari dalam maupun luar negeri. Mereka berkunjung untuk melihat seperti apa sih kadal terbesar di dunia ini.

Di pulau ini terdapat sekitar 2.800 komodo dewasa yang hidup secara bebas di alam. Jumlah ini meningkat tajam dibandingkan populasinya pada tahun 2016 yang hanya sekitar 1.500 ekor. Peningkatan populasi ini menjadi bukti bahwa program pelestarian komodo cukup berhasil. Hal ini dikarenakan banyaknya jenis makanan komodo yang tersedia di pulau ini seperti babi hutan, kerbau, kambing, sapi dan rusa yang dipasok dari luar pulau.

Cara Berkembang Biak Secara Seksual

Perkembangbiakkan komodo secara seksual dilakukan dengan cara bertelur. Biasanya perkawinan terjadi pada bulan Mei dan indukan bertelur pada bulan Agustus atau September. Komodo akan matang secara seksual pada saat umur 6 hingga 10 tahun.

Sebelum melakukan perkawinan, ada perilaku menarik yang dilakukan komodo jantan untuk menarik perhatina betinanya. Sang pejantan akan menjilat-jilan dan menciumi tubuh calon pasangannya, hal ini mirip seperti yang dilakukan kucing. Jika si betina diam saja saat dijilat-jilat, sang pejantan kemudian akan meraba dan menaiki pasangannya. Biasanya perilaku pendekatan ini berlangsung selama 3 hari, barulah jika tidak ada penolakan dari betina maka perkawinan akan dilakukan.

Jika betina menolak sang pejantan, akan terjadi petarungan di antara keduanya. Komodo betina akan menggigit dan mencakar si pejantan dan si pejantan harus mampu mengalahkan betina jika ingin melakukan perkawinan. Jika komodo jantan kalah bertarung, maka keduanya tidak jadi untuk berkembang biak. Jika terdapat dua komodo jantan yang memperebutkan satu betina, biasanya dua pejantan tersebut akan bertarung terlebih dahulu. Pertarungan antar komodo jantan ini sungguh menarik untuk dilihat. Keduanya akan berdiri menggunakan kaki belakangnya, kemudian mereka akan saling memukul dan mendorong menggunakan kaki depannya. Pertarungannya ini mirip seperti adu sumo yang merupakan seni pertarungan tradisional Jepang.

Sang pemenang petarungan ini, kemudian akan mendekati betina dan jika betina menolaknya maka komodo jantan pemenang ini harus bertarung lagi melawan betina. Untungnya pertarungan ini hanya dilalui sekali seumur hidup oleh komodo jantan, hal itu dikarenakan hewan ini memiliki perilaku monogami, yaitu setiap individu hanya akan melakukan perkawinan dengan 1 individu saja.

Setelah perkawinan terjadi, komodo betina akan mencari lokasi untuk menaruh telurnya. Biasanya ia akan menggali lubang di tanah dan menaruh telur di dalamnya, dalam sekali bertelur biasanya ia akan menghasilkan 15-39 butir telur. Setelah telur berhasil ditaruh, sang induk betina akan menutup kembali dengan tanah dan meninggalkan telur tersebut pergi. Telur akan menetas dalam waktu sekitar 8 bulan, biasanya 75% dari anakan yang lahir ini berkelamin jantan. Hal itulah yang menyebabkan persaingan untuk mendapatkan komodo betina sangatlah keras.

Anak yang baru lahir ini biasanya memiliki panjang 40 cm dengan berat sekitar 100 gram. Setelah keluar dari telur, anakan komodo ini akan menggali tanah agar bisa keluar dari sarang. Anakan komodo ini sangat rentan untuk dimangsa oleh predator. Mirisnya, predator utama dari anakan komodo ini justru komodo merupakan komodo dewasa. Tidak jarang, seorang anak komodo dimakan oleh induknya sendiri.

Untungnya, secara naluri anakan komodo memiliki insting untuk memanjang pohon yang tinggi dan hidup disana. Di atas pohon anakan komodo relatif aman dari serangan predator. Anakan komodo relatif lebih aman setelah berumur sekitar lima tahun, pada saat itu ia telah memiliki tubuh yang kuat sehingga tidak mudah untuk dimangsa.

Cara Berkembang Biak Komodo Secara Partenogenesis

Seperti yang telah saya sebutkan di awal artikel, komodo betina dapat menghasilkan telur tanpa perlu melakukan perkawinan dengan pejantan. Cara bekermbang biak yang seperti ini disebut sebagai partenogenesis, dimana sang betina mampu memproduksi telur yang dapat berkembang menjadi embrio tanpa adanya fertilisasi.

Biasanya proses ini terjadi jikalau komodo betina tidak dapat menemukan pejantannya. Sehingga partenogenesis biasanya terjadi pada komodo yang hidup di kebun binatang dimana ia hidup sendirian tanpa pernah bertemu komodo jantan.

Komodo betina memiliki kromosom seks ZW, ovum yang bersifat haploid (n) akan menggandakan jumlah kromosomnya sehingga berubah menjadi diploid (2n). Sehingga setiap anakan yang dihasilkan secara partenogenesis ini memiliki sepasang kromosom yang sama (homolog). Ketika ovum membawa kromosom seks WW maka embrionya tidak akan berkembang dan jika membawa kromosom ZZ maka akan dihasilkan sebuah anakan komodo jantan. Hal itulah mengapa setiap anakan yang dihasilkan secara partenogenesis 100% memiliki kelamin jantan.

Walaupun merupakan sebuah adaptasi yang dilakukan oleh reptil ini untuk mencegah kepunahan, para ilmuwan menganggap partenogenesis justru akan mempercepat kepunahan reptil ini. Hal ini dikarenakan cara perkembangbiakan ini akan mengurangi keragaman genetik yang ada serta membuat perbandingan antara individu jantan dan betina semakin tidak berimbang. Seperti yang telah saya tulis diatas bahwa secara normal saja 75% dari anakan komodo yang dihasilkan memiliki kelamin jantan. Apalagi jika ditambah dari partenogenesis yang 100% anakan komodo yang dihasilkannya memiliki kelamin jantan.