Lumut Daun

lumut daunLumut daun digunakan untuk menyebutkan anggota kelas Bryopsida yang merupakan kelas paling besar dan paling tinggi tingkatan perkembangannya di antara ketiga kelas lumut. Kelas ni dikenal sebagai lumut daun karena tubuhnya sudah dapat dibedakan dengan jelas antara batang dan daun, meskipun menurut Koch (1956) batang dan daun tersebut sifatnya masih semu dan lebih tepat kalau disebut cauloid dan phylloid.

Struktur Tubuh Lumut Daun

Struktur tubuh lumut daun (fase sporofit) terdiri atas kaki, seta dan kapsul. Bagian kakinya tidak jauh berbeda dengan lumut hati ataupun tanduk yang merupakan bagian yang masuk ke dalam jaringan gametofit dan berfungsi sebagai haustorium, sedangkan seta atau tangkainya umumnya panjang dan berwarna kuning agak kecokelatan atau kemerahan. Kemudian struktur kapsul lumut daun telah memiliki pembagian yang lebih komplek jika dibandingkan dengan lumut hat. Struktur kapsul lumut daun terdiri dari bagian-bagian berikut ini :

  1. Apofise yang merupakan penggelembungan ujung seta.
  2. Kotak spora atau teka dimana di dalamnya dibentuk spora. Pada golongan yang telah maju dindingnya terdiri atas jaringan epidermis, jaringan air dan jaringan yang sel-selnya kaya kloroplas. Di dalam kotak spora terdapat kolumela yang letaknya sentral dan arkespora hanya membentuk spora saja, jadi arkesporanya tidak membentuk elatera seperti yang terjadi pada lumut hati.
  3. Operkulum, tidak semua spesies lumut daun memiliki bagian ini. Diantara operkulum dan dinding kota dipisahka oleh anulus.

Sedangkan struktur tubuh lumut daun pada fase gametofit dibedakan ke dalam dua tingkatan, yaitu :

Protonema yang terdiri atas benang-benang yang bercabang dan berwarna hijau. Pada beberapa genus Bryopsida, protonema dapat memiliki bentuk yang lain. Protonema ini dapat dibedakan atas protonema primer dan sekunder.
Gametofora yang berbatang dan berdaun. Seperti pada protonema, gametofora juga mempunyai rizoid. Gametangium terkumpul pada ujung batang atau cabang dan dikelilingi oleh daun-daun yang letaknya di ujung atas. Anteridium dikelilingi oleh daun-daun perigonium dan arkegonium dikelilingi oleh daun-daun periketium. Daun-daun tersebut terkadang mempunyai bentuk dan susunan yang khusus dan dinamakan periantium.

Reproduksi Lumut Daun

Sama seperti cara berkembang biak lumut lainnya, Reproduksi lumut hati dilakukan secara aseksual dan seksual. Secara aseksual, reproduksinya dilakukan dengan beberapa cara berikut ini :

  1. Beberapa lumut daun ada yang mempunyai batang merayap yang membentuk cabang-cabang tegak. Bila bagian yang tua mati, maka cabang-cabang tadi dapat menjadi sebuah individu baru yang jumlahnya lebih banyak.
  2. Pada pangkal batang lumut dapat terbentuk beberapa tunas yang tumbuh menjadi cabang-cabang. Bila cabang tersebut terpisah dari batang pokok, maka dapat membentuk individu baru.
  3. Pembentukan stolon dari pangkal batang. Stolon tersebut dapat bersisik atau tidak dan tumbuh merayap atau di bawah permukaan tanah. Kemudian ujung dari tiap stolon dapat tumbuh tegak seperti tumbuhan induknya.
  4. Protonema primer yang berasal dari spora yang berkecambah dapat membentuk beberapa tunas yang masing-masing tunas dapat tumbuh menjadi tumbuhan lumut baru.
  5. Protonema terputus-putus menjadi banyak protonema yang lebih pendek, akhirnya masing-masing potongan akan terbenntuk tunas yang tumbuh menjadi individu baru.
  6. Tumbuhan lumut mempunyai daya regenerasi yang besar. Setiap bagian dari tumbuhan lumut baik batang, daun maupun protonema dalam kondisi lingkungan yang sesuai dapat berkembang menjadi benang-benang yang hijau seperti ganggang, bercabang-cabang dan dinamakan protonema sekunder. Melalui tunas-tunas yang timbul dari protonema sekunder tersebut dapat membentuk individu yang lebih banyak.
  7. Melalui pembentukan umbi (tuber) padaprotonema atau pada rizoid yang sekaligus sebagai cara untuk mempertahankan diri terhadap perubahan lingkungan yang tidak menguntungkan.
  8. Pada lumut daun juga dapat dibentuk kuncup (gemma), misalya pada ketiak daun.
  9. Lumut yang tmbuhnya merayap pada waktu kekeringan bagian ujungnya masih dapat bertahan. Bila lingkungan tidak lagi kering maka dapat tumbuh kembali dengan jumlah individu yang lebih banyak.
  10. Apospori.

Reproduksi seksual lumut daun dilakukan dengan cara fertilisasi antara spermatozoid (gamet jantan) dan ovum (gamet betina). Spermatozoid dihasilkan oleh anteridium sedangkan ovum dihasilkan oleh arkegonoum. Berdasarkan ada tidaknya anteridum dan arkegoniumnya, lumut dibedakan menjadi dua macam yaitu heterotalik dan homotalik. Lumut heterotalik merupakan lumut yang didalam 1 individu hanya terdapat anteridium atau arkegonium saja sedangkan pada lumut homotalik 1 individu memilki kedua alat kelamin tersebut.

Lumut homotalik berdasarkan letak alat kelaminnya dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :

  1. Paroisis (paroicous), apabila anteridum dan arkegonium terletak pada cabang yang sama tetapi dalam kelompok yang berbeda.
  2. Autoisis (autoicous), bila anteridum dan anteridium dan arkegonium terletak pada cabang yang berbeda.
  3. Sinoisis (sinoicous), apabila anteridum dan arkegonium terletak pada kelompok dan cabang yang sama.

Klasifikasi Lumut Daun

Menurut Smith (1955), Klasifikasi lumut daun dibedakan menjadi tiga subkelas, yaitu :

  1. Spagnobrya
  2. Andreaobrya
  3. Eubrya

Beberapa ahli bryologi sebelumnya yaitu Bower, Campbell dan Wettestein juga membagi lumut daun menjadi tiga kelompok tetapi dalam tingkatan kategori bangsa (ordo), yaitu :

  1. Sphagnales
  2. Andraeales
  3. Bryales

Utrech (1952), membagi lumut kedalam lima subkelas dengan nama yang sesuai dengan peraturan dalam tatanama tumbuhan, yaitu :

  1. Sphagnidae
  2. Andreaeidae
  3. Bryidae
  4. Buxbaumiidae
  5. Polytrichidae

Di antara beberapa sistem klasifikasi tersebut di atas yang lebih banyak dianut sekarang adalah klasifikasi yang menggolongkan lumut daun menjadi tiga subkelas, dengan nama yang disesuaikan menurut peraturan dalam tatanama tumbuhan, yaitu :

  1. Sphagnidae
  2. Andreaeidae
  3. Bryidae

Anak kelas Bryidae disini adalah sama dengan eubrya menurut SMith dan juga sama dengan ordo Bryales menurut Bower, Camphbell dan Wettestein.

Subkelas Sphagnidae

SphagnidaeKelompok ini merupakan subkelas yang paling primitif dalam kelas Bryopsida dengan ciri-ciri antara lain :

  1. Protonema berbentuk daun kecil yang terdiri atas satu lapis sel, menempel pada alas dengan rizoid dan tiap protonema hanya akan membentuk satu gametofora.
  2. Gametofora terdiri atas batang yang bercabang-cabang dengan daun-daun, cabang yang muda tumbuh tegak dan membentuk roset pada ujungnya hingga menyerupai jambul. Tidak ada rusuk tengah pada daunnya, daun tersusun atas sel0sel yang berkloroplas dan sel-sel mati dan kosong. Gametofora tidak mempunyai rizoid.
  3. Gametangium terdapat pada cabang-cabang yang khusus. Cabang yang mendukung anteridium pada ketiak daun, sedangkan cabang yang mendukung arkegonium membentuk arkegonium pada ujung cabang. Arkegonium dibentuk berkelompong dan dilindungi oleh periketium.
  4. Sporongonium mempunyai kaki yang lebar, didukung oleh ujung cabang yang panjang dan dinamakan pseudopodium. Seta hanya merupakan lekukan antara kaki dan kapsul. Kapsul spora mempunyai tutup teapi tidak terdapat peristom. Kolumela berbentuk bulat setengah bola.

Sphagnidae hanya terdiri atas satu ordo yaitu Sphagnales, satu famili SPhagnaceae dan satu genus Sphagnum. Genus Sphagnum mempunyai kurang lebih 336 spesies yang tersebar di seluruh dunia.

Subkelas Andreaeidae

AndreaeidaeSubkelas ini mempunyai ciri-ciri antara lain :

  1. Protonema berbentuk seperti benang atau pita yang bercabang banyak, ada juga yang menyerupai protonema pada Sphagnum tetapi mempunyai cabang yang banyak. Di antara cabang protonema tersebut juga berfungsi sebagai rizoid.
  2. Gametafora terdiri atas batang yang bercabang-cabang dengan daun-daun yang tersusun seperti spiral rapat menutpi batang. Rizoid ada dua macam yaitu ada yang berbentuk silindris dan ada yang pipih melekat pada batu-batuan dimana tumut itu hidup. Kebanyak dari lumut subkelas Andreaidae bersifat homotalik.
  3. Gametangium terdapat pada cabang yang berbeda. Daun-daun pada lumut ini sudah mempunyai rusuk tengah, waktu masih muda daun berwarna hijau tetapi setelah dewasa warnanya akan berubah menjadi cokelat atau hitam.
  4. Sporogonium hanya terdiri atas kaki dan kapsul, seperti pada Sphagnum kaki didukung oleh pseudopodium. Ujung kapsul ditutupi oleh kaliptra yang bentuknya seperti topi. Lumut ini tidak mempunyai tutup kapsul (operkulum) dan oleh karena itu bila sudah masak pecah dengan empat katup. Di dalam kapsul terdapat pula kolumela yang bentuknya memanjang dan dikelilingi oleh arkespora yang yang akan membentuk spora saja.

Subkelas ini hanya terdiri atas satu ordo saja yaitu Andreales dan satu fami;i Andreaceae. Di dalam famili inni terdapat dua genus yaitu Andraea dan Neuroloma. Genus Andreaea mempunyai kira-kira 120 spesies, sedangkan Neuroloma hanya terdiri dari satu spesies saja.

Subkelas Bryidae

Lumut Daun BryidaeSubkelas ini memuat sebagian besar anggota dari lumut daun, anggotanya sering dinamakan lumut sejati. Adapun ciri-ciri dari subkelas ini diantaranya ialah :

  1. Protonema hampir selalu berbentuk benang yang bercabang-cabang dan berwarna hijau. rotonema itu mengeluarkan rizoid yang tidak berwarna, terdiri atas banyak sel dengan sekat-sekat miring, masuk ke dalam tanah dan bercabang-cabang.
  2. Gametofora selalu dengan jelas dapat dibedakan antara batang dan daunnya. Daun kebanyakan sudah mempunyai rusuk tengah yang tersusun oleh beberapa sel tebal. Daun-daun tersusun radial, seperti spiral atau bilateral. Pada Bryidae ada yang bersifat homotalik dan ada yang heterotalik.
  3. Gametangium terdapat ada ujung batang atau pada ujung cabang-cabangnya. Pada umut yang akrokarp gametangium terdapat pada ujung batang, sedangkan pada lumut yang pleurokarp gametangium terdapat pada ujung-ujung cabang yang pendek. Adapun pada lumut daun yang homotalik ada kemungkinan bersifat paroisis, autoisis atau sinioisis.
  4. Sporogonium terdiri atas kaki, seta dan kapsul. Seta dengan kaki sporongonium tertanam dalam jaringan gametofit. Kapsul spora telah mencapai diferensiasi yang mendalam. Tangkai sporogonium atau seta dapat panjang dan elastis, kapsul spora terdapat pada ujung seta yang dinamakan apofisis. Di tengah-tengah kapsul terdapat jaringan kolumela. Ruang spora berbentuk tabung yang mengelilingi jaringan kolumela tersebut. Bagian atas dinding kapsul terdapat tutup atau operkulum, di bawah tepi operkulum terdapat cincin atau anulus. Pada kebanyakan lumut daun yang termasuk Bryidae ini, dibawah operkulumnya terdapat gigi-gigi yang dinamakan peristoma. Seperti jenis lumut lainnya, ujung kapsul juga diselubungi kaliptra.

Klasifikasi lumut daun yang masuk kedalam subkelas Bryidae dikelompokkan berdasarkan bentuk kapsul spora, jumlah gigi-gigi peristoma, bentuk operkulum maupun kaliptra. Menurut Dixon (1932), klasifikasi Bryidae dapat digolongkan menjadi :

  1. Nematodonteae ialah apabila gigi peristoma terdiri atas sel-sel utuh, tidak bergaris-garis. Kelompok ini meliputi lima ordo, yaitu : Tetraphidales, Calebryales, Buxbaumiales, Schistotegales dan Polytrichales.
  2. Arthrodonteae ialah bila gigi peristoma tipis seperti selaput, berasal dari satu lapis sel sporogonium. Gigi-gigi peristoma tersebut mempunyai garis-garis melintang dan bersendi. Lumut daun yang dimasukkan ke dalam kelompok ini terdiri dari 13 ordo, yaitu : Fissidentales, Grimmiales, Dicranales, Syrrhopodontales, Pottiales, Encalyptales, Orthotrichales, Funariales, Eybryales, Isobryales, hookeriales dan Hypnobryales.