Penyebab Kelangkaan Komodo

penyebab kelangkaan komodoPenyebab kelangkaan komodo harus kita perhatikan dengan baik. Apalagi semenjak Penobatan Pulau Komodo sebagai salah satu situs warisan dunia oleh UNESCO sejak tahun 1991 silam, membuat kawasan ini menjadi destinasi wisata di timur Indonesia. Baik wisatawan lokal atau asing, menjajah fauna endemik akan memberi pengalaman berbeda.

Membentang di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Pulau Komodo kian menjadi incaran turis dengan daya tariknya. Meski masuk dalam kategori hewan berbahaya, pulau ini nyatanya tak pernah kehilangan minat turis.

Dampak ekonomi yang besar bagi warga dan pemerintah daerah kemudian mendorong segala bentuk perbaikan dan pengelolaan potensi. Sayangnya, bersamaan dengan itu jumlah komodo terus mengalami penurunan.

Pamor Pulau Komodo yang besar ternyata berdampak terhadap populasi dan ancaman bagi habitatnya. Saat ini, terhitung tak lebih dari 2000 ekor tersisa dan terus menurun dari tahun ke tahun.

Faktor Penyebab Kelangkaan Komodo

Jika penyebab kelangkaan komodo tidak diatasi dengan baik, kadal terbesar di dunia ini bisa terancam kepunahan. Sebelum akhir tahun 90-an, Pulau Badar yang masuk dalam kawasan Pulau Komodo juga memiliki ribuan ekor yang hidup. Namun di awal tahun 2000, hewan ini tak lagi ditemukan di sana.

Fakta ini menimbulkan kekhawatiran, jika Pulau Komodo secara keseluruhan wilayah akan mengalami hal serupa. Kendati demikian, belum ada sebab pasti dan akurat untuk memastikan penyebab utama kelangkaan komodo.

Beberapa pihak menduga penyebab kelangkaan komodo tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.

Perburuan Liar

Beberapa ahli dan pemerintah setempat menduga, sebab yang mungkin terjadi salah satunya adalah perburuan liar babi hutan, kerbau dan rusa. Ketiga hewan tersebut merupakan sumber makanan utama bagi komodo di kawasan tersebut.

Tidak tersedianya pasokan makanan, jelas akan menyulitkan bagi komodo dewasa dalam bertahan hidup. Hal ini juga didukung dari banyaknya bangkai komodo dewasa yang kerap ditemukan di banyak sudut pulau.

Lemahnya regulasi pemerintah setempat dalam menangani perburuan liar oknum tertentu, adalah sebab paling kentara. Faktor ini juga yang membuat pemburu liar cukup leluasa.

Kebakaran Lahan

Tak hanya itu, perubahan lingkungan karena pembakaran lahan yang terjadi terus menerus juga diduga sebagai penyebabnya. Pembakaran ini, tak hanya mengganggu habitat tetapi juga membatasi ruang gerak karena area yang terbakar.

Komodo, hanya dapat bertahan hidup pada lingkungan dengan pasokan air yang cukup, pepohonan rimbun, dan pasokan makanan yang memadai. Kebakaran lahan yang kerap terjadi jelas akan mengganggu ekosistem.

Ditambah, pengunjung Pulau Komodo di tiap tahunnya terus meningkat bahkan mencapai ribuan orang.

Perkembangan Pariwisata

Meski sektor pariwisata berkembang, hal ini rupanya juga dinilai menjadi sebab kelangkaan hewan tersebut. Komodo, dikenal sebagai hewan penyendiri kecuali pada musim tertentu.

Tingginya angka wisatawan, secara langsung mengganggu habitat mereka sebagai hewan liar. Wisatawan mancanegara misalnya, kebanyakan datang dari daratan Eropa seperti Prancis, Belanda atau Jerman.

Ada pula dari Amerika dan Asia macam Jepang dan Cina. Seiring banyaknya wisatawan ini, populasi komodo juga terus berkurang.

Bencana Alam

Faktor berikutnya adalah faktor alam, yang antisipasinya mungkin lebih sulit untuk dilakukan. Pulau Komodo berdiri sebagai pulau vulkanis atau kawasan gunung berapi aktif.

Karenanya, aktivitas vulkanis seperti gempa bumi kerap terjadi dan mengancam populasi. Gempa sewaktu-waktu memang tercatat kerap menjadi faktor kematian beberapa komodo di daerah ini.

Salah Satu Simbol Negara

Setelah ditetapkan sebagai salah satu simbol nasional pada 1990 oleh Soeharto, taman nasional komodo telah beberapa kali mengalami revitalisasi. Tujuannya, agar wisatawan yang berkunjung mendapat fasilitas penunjang yang memadai.

Revitalisasi juga yang membuat kawasan ini sempat ditutup dan melarang wisatawan manapun untuk berkunjung. Tujuan lainnya, guna melindungi habitat komodo serta perlindungan hutan dan pulau secara menyeluruh.

Terlebih dengan ancaman kelangkaan, maka wajar jika pemerintah mengambil langkah tegas untuk menjaga hewan endemik khas Indonesia. Beberapa upaya terus dilakukan, misal saja melarang perburuan liar dengan sanksi tegas.

Sekilas Tentang Komodo

Masuk dalam spesies biawak, penduduk asli setempat juga menyebut hewan ini sebagai ora. Keberadaannya sendiri hanya ada di kawasan Nusa Tenggara Timur saja. Komodo dewasa, bahkan bisa mencapai panjang 1,5 meter dengan makanan utama bangkai hewan.

Berat hewan ini juga cukup besar dan bisa mencapai 70 kg untuk komodo dewasa. Bahkan, komodo dalam penangkaran bisa memiliki berat yang lebih dari komodo liar.

Ukuran komodo jantan cenderung lebih besar dibandingkan betina, kontras dengan warna abu-abu gelap kecoklatan yang dominan. Sebagai hewan karnivora, komodo memiliki 60 gigi taring yang tajam hingga 2,5 cm kendati sering tanggal.

Sebagaimana hewan liar kebanyakan, komodo bukanlah hewan jinak yang bisa didekati. Seluruh pengunjung, dilarang keras mendekati dan hanya bisa melihat dalam jarak tertentu. Salah satunya lantaran air liur komodo yang beracun.

Ancaman berbahaya ini bahkan tak bisa ditangani lantaran liur tersebut tidak memiliki penangkal racun. Akibatnya, korban bisa saja meninggal karena bakteri berbahaya yang terkandung di dalamnya.

Kekuatan ekor yang sangat kuat juga bisa berakibat fatal jika terkena. Ekor komodo, merupakan salah satu bentuk pertahanan yang digunakan kala menghadapi bahaya.

Kelebihannya, hewan ini bisa bertahan hidup hingga 50 tahun. Waktu yang cukup lama untuk spesies biawak. Penyebab kelangkaan komodo ini juga yang kemudian membuat Lembaga konservasi IUCN menetapkan komodo sebagai hewan langkah yang dilindungi.

Didukung dalam program pemerintah guna menanggulangi kelangkaan dan penurunan populasi secara terus menerus. Taman nasional ini sendiri telah ditangani langsung oleh pemerintah pusat dalam skala nasional.