Sambiloto

sambilotoSambiloto (Andrographis paniculata) merupakan tanaman yang umum digunakan dalam pengobatan tradisiolan di Indonesia, India dan Tiongkok. Sejak dahulu, orang jawa menyebutnya sebagai obat segala obat karena dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.Sampai saat ini sambiloto merupakan salah satu tanaman obat yang paling banyak digunakan dalam industri jamu tradisional.

Daerah Asal dan Penyebaran

Tanaman sambiloto diduga berasal dari Asia Tropika. Sebagian literatur menyebutkan bahwa tanaman ini berasal dari India dan Sri Langka. Penyebarannya kemudian meluas ke selatan sampai di Thailand, ke timur sampai semenanjung Malaya, lalu akhirnya tersebar di Pulau Jawa. Tanaman ini juga dapat di jumpai di daerah lainnya, seperti di Indonesia, Malaysia, Thailand dan beberapa negara di benua Amerika. Sampai saat ini tanaman sambiloto belum banyak dibudidayakan. Tanaman ini tumbuh liar di bawah tegakkan agro-forestree seperti hutan jati, mahoni dan lain-lain.

Klasifikasi Sambiloto

Dalam taksonomi tumbuhan, klasifikasi tanaman sambiloto adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophuta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophuta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua, dikotil)
Subkelas: Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Spesies : Andrograpis paniculata

Scrophulariales merupakan ordo tanaman herba berbunga yang teridiri dari 12 famili. Salah satunya adalah Acanthaceae yang merupakan famili tanaman menjalar yang terdiri dari 250 genus dan 2500 spesies yang tersebar di daerah tropis. Genus Andrographis memiliki 28 spesies herba didalamnya, namun hanya sedikit yang berkhasiat medis, salah satunya adalah sambiloto (A. paniculata).

Morfologi Sambiloto

Sambiloto tergolong tanaman perdu (terna) yang tumbuh di berbagai habitat, seperti pinggiran sawah, kebun, hutan, ladang, pinggir jalan, tebing, pinggir sungai dan dibawah tegakkan pohon jati. Struktur morfologi sambiloto adalah sebagai berikut :

  • Akar
    Tanaman ini memiliki akar tunggang berwarna putih kecokelatan.
  • Batang
    Morfologi batang sambiloto berbentuk persegi empat, berkayu, berbuku, pangkal bulat, sewaktu muda berbentuk segi empat, setelah tua menjadi bulat dan memiliki banyak cabang. Batangnya tumbuh tegak dengan ketinggian bisa mencapai 90 cm. Setiap batang jika digigit akan terasa pahit, sehingga orang Melayu memberi nama sambiloto dengan sebutan pepaitan dan empedu.
  • Daun
    Sambiloto memiliki daun yang berukuran kecil, berwarna hijau, tumbuh tunggal, pangkal dan ujung runcing, pertulangan menyirip, berbentuk lanset dengan tepi rata. Ukuran daun panjangnya sekitar 5 cm, lebar 1,5 cm dan panjang tangkai sekitar 3 cm. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau muda, sementara daun bagian bawah berwarna hijau tua.
  • Bunga
    Bunga sambiloto tumbuh pada ujung tangkai yang tersusun dalam sebuah tandan. Bunganya majemuk, kelopak berbentuk lanset, berbagi lima dengan pangkal berlekatan dan berwarna hijau. Benang sarinya dua, berbentuk bulat panjang, kepala sari bentuknya bulan dan berwarna ungu. Putiknya pendek, kepala putih berwarna ungu kecokelatan, bagian dalam putik berwarna ungu, sedangkan bagian luar berambut warnanya merah. Mahkota bunga lonjong, di bagian pangkal berlekatan dan bagian ujung pecah menjadi empat. Di India bunga dan buah sambiloto bisa dijumpai pada bulan Oktober atau antara bulan Maret-Juli, di Australia antara bulan November-Juni, sedangkan di Indonesia bunga dan buahnya bisa ditemukan sepanjang tahun.
  • Buah
    Buahnya disebut buah kotak, walau begitu sebenarnya bentuknya bulat panjang. Ujung buahnya runcing dan tengahnya beralur. Buah stadium muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna menjadi warna cokelat.
  • BIji
    Bijinya kecil, berbentuk bulat, pada stadium muda berwarna putih kotor dan setelah tua berubah menjadi warna cokelat.

Manfaat Sambiloto

Masyarakat memanfaatkan bagian tajuk (daun dan batang) tanaman sambiloto sebagai bahan obat tradisional. Daun tanaman ini banyak mengandung senyawa andrographolide, yang merupakan senyawa lakton diterpeoid bisklik. Senyawa kimia yang rasanya pahit ini pertama kali diisolasi oleh Gorter pada tahun 1911. Andrographolide ini memimiliki manfaat untuk melindungi hati (hepatoprotektif). Khasiat ini berkaitan erat dengan aktivitas enzim-enzim metabolik tertentu.

Selain Andrographolide, kandungan kimia lain yang sudah diketahui di dalam daun sambiloto adalah laktone, flavonoid, asam kersik, aldehid, mineral dan alkane. Kandungan kimia ini membuatnya dapat dimanfaatkan untuk antimikrobia, antibakteri, antihyperglikemik, anti sesak napas dan untuk memperbaiki fungsi hati. Ia juga terbukti mampu merusak sel trophocyt dan trophoblas yang berperan dalam kondensasi sitoplasma dari sel kanker. Dengan rusaknya kedua jenis sel diatas maka kanker dapat terhambat perkembangannya.

Prospek Budidaya

Berdasarkan data dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), simplisia sambiloto termasuk dalam 50 jenis simplisia utama yang dibutuhkan oleh industri jamu. Berkembangnya industri jamu tradisional dalam negeri tentunya menyebabkan kebutuhan bahan baku secara kontinu menjadi masalah pokok. Apaagi, masih sedikit orang yang mau membudidayakan sambiloto. Kebanyakan merupakan hasil panen dari habitat aslinya, sehingga kuaitas fisik tidak seragam dan tidak ada jaminan kontinuitas penyediaannya untuk bahan baku obat. Oleh karena itu, tanaman ini memiliki prospek yang cukup cerah untuk dibudidayakan.