Penyakit Pada Tanaman Krisan dan Cara Pengendaliannya

penyakit tanaman krisanSerangan penyakit pada tanaman krisan merupakan salah satu masalah yang sulit dihadapi oleh para pembudidaya bunga ini. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai jenis mikroba, seperti bakteri, virus dan jamur. Jamur merupakan penyebab utama penyakit pada tanaman krisan, walau begitu penyakit yang disebabkan olehnya biasanya lebih mudah diobati.

Penyakit dikarenakan serangan virus menjadi yang paling ditakutkan para pembudidaya apabila sudah terlanjur menyerang. Hal ini dikarenakan belum ditemukannya obat untuk mengobatinya selain dengan cara membakar tanaman yang terlanjur terserang. Seringkali akibat adanya serangan penyakit ini, menyebabkan kegagalan dalam budidaya. Pada artikel kali ini saya akan mencoba menjelaskan mengenai penyakit penting yang sering menyerang tanaman krisan dan cara pengendaliannya.

Karat

Penyebab penyakit karat atau rust adalah cendawan Puccinia sp. Penyakit ini dibedakan menjadi dua macam yaitu karat hitam oleh P. chrysantemi dan karat putih oleh P. horana dan P. henn. Cendawan penyebab penyakit karat ini dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan dengan uredospora akan berkecambah dan membentuk uredospora lagi. Perkembangbiakan secara seksual dilakukan dengan cara uredium yang berada di uredospora akan berubah menjadi telium, kemudian membentuk basidium. Basidium kemudian membentuk spermatogonium (gamet +) dan hifa resesif (gamet -) sehingga terjadilah pembuahan,hasilnya akan terbentuk aesium dan akan berubah menjadi uredium.

Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan bintil-bintil berwarna coklat atau hitam dan terjadi lekukan-lekukan mendalam berwarna pucat pada permukaan daun. Serangan berat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan bunga. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan cara menanam jenis bunga krisan yang tahan (resisten) dan bibit yang sehat. Dapat juga dilakukan perompesan daun yang sakit, memperlebar jarak tanam, rotasi tanaman dan penyemprotan fungisida selektif, seperti Dithane M-45 atau Anvil 50 EC.

Bercak Daun Septoria

Penyakit bercak daun septoria disebabkan oleh cendawan Septoria chrysanthemi Allesch dan S. leucanthemi Sacc. Cendawan ini bertahan pada biji-biji dan sisa-sisa tanaman yang sakit. Perkembangan penyakit terjadi pada kondisi lingkungan yang sejuk dan cuaca lembap. Gejala serangan S. chrysanthemi ditandai dengan bercak-bercak hitam (black spot) pada daun, bentuk bercak bulat dan berbatas tegas. Sementara itu, gejala serangan S. leucanthemum berupa bercak-bercak yang berwarna cokelat (brown spot) pada daun, bentuk bercak bulat, berukuran besar (2,5 cm) dan mempunyai lingkaran-lingkaran yang jelas.

Pengendalian penyakit tanaman krisan ini dapat dilakukan dengan cara menanam bibit yang sehat, merompes daun yang sakit, jarak tanam jangan terlalu rapat, rotasi tanaman, sanitasi kebun dan aplikasi fungisida berbahan aktif tembaga seperti Cupravit OB 21. Penggunaan fungisida sebaiknya dilakukan sebagai alternatif terakhir dalam pengendalian penyakit ini, karena akan berpengaruh kurang baik pada pertumbuhan tanaman krisan.

Tepung Oidium

Penyebab penyakit tepung oidium adalah akibat serangan cendawan Oidium chrysanthemi Rab. Cendawan ini bertahan hidup pada sisa-sisa tanaman sakit dan tanaman inang krisan. Penularan penyakit dapat terjadi dengan bantuan angin. Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit diantaranya cuaca kering, kelembaban nisbi rendah (50-75%), jarak tanam terlalu rapat dan suhu optimum 25 derajat Celcius. Gejala serangan penyakit ini terjadi dengan adanya lapisan putih bertepung menutupi permukaan daun. Tepung putih ini merupakan massa dari konidia cendawan. Pada serangan berat, penyakit ini akan menyebabkan daun menjadi pucat dan mengering.

Pengendalian penyakit ni dengan cara sanitasi lingkungan, memangkas bagian tanaman yang sakit berat dan aplikasi fungisida nabati yang menggunakan senyawa azadirachtin filtrat, yang terbuat dari daun mimba (Azadirachta indica). Penggunaan fungisida kimia yang juga dapat dilakukan dengan fungisida Kocide 60 WDG atau Cupravit OB 21. Hanya saja penggunaan fungisida nabati sebaiknya lebih didahulukan karena lebih aman bagi pertumbuhan tanaman krisan anda.

Kapang Kelabu

Penyebab penyakit kapang kelabu atau disebut grey mold adalah cendawan Botrytis cinerea. Konidiofor cendawan ini bercabang-cabang, bersekat dan berwarna kelabu. Konidium berbentuk oval atau hampir bulat, berukuran 12-13 x 9-10 μm. Cendawan ini menyerang tanaman krisan pada kondisi lingkungan yang lembap dan bisa berkembang saat pengangkutan bunga. Selain itu, cendawan Botrytis mampu bertahan hidup di dalam tanah dan sisa-sisa tanaman.

Gejala serangan penyakit bunga krisan ini ditandai dengan tajuk dan kuntum bunga berbercak-bercak diliputi lapisan berwarna kelabu kecokelat-cokelatan, kemudian membusuk dan berlekatan. Serangan berat menyebabkan bunga membusuk. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan cara memangkas bagian tanaman yang terserang berat, rotasi tanaman, sanitasi kebun, membungkus tangkai dan kuntum bunga dengan plastik dan aplikasi fungisida Dithane M-45 atau Score 250 EC.

Layu Cendawan

Penyebab penyakit layu ini adalah cendawan Fusarium oxysporum Schlecht dan Verticillium alboatrum. Kedua cendawan ini menghasil spora untuk berkembang biaknya. Sporanya ada dua macam, yaitu mikrokonidia dan makrokonidia. Mikrokonidia yang dimilikinya bersel satu, bening dan bentuknya lonjong atau bulat telur. Makrokonidia berbentuk bulat sabit, tidak berwarna, bersekat dua atau tiga.

Cendawan penyebab penyakit ini termasuk kedalam patogen tanah (soil inhabitant). Ia dapat bertahan hidup di dalam tanah lebih dari 10 tahun dalam bentuk klamidospora. Tanah yang sudah terlanjur terinfeksi oleh jamur ini, relatif sulit untuk bisa disterilkan kembali dari jamur ini. Cendawan masuk ke dalam jaringan akar atau batang melalui luka-luka karena pemindahan bibit, pembumbunan atau luka karena serangan dan nematoda. Selain itu juga dapat masuk melalui ujung akar. Penularan penyakit juga dapat disebabkan oleh percikan air hujan, air irigasi yang membawa tanah atau benih terinfeksi.

Cendawan ini biasanya menyerang bagian akar dan batang tanaman, mengakibatkan rusak dan tersumbatnya pembuluh kayu. Apabila pembuluh kayu tersumbat, maka akan mengganggu pengangkutan air di tanaman. Hal itu dapat berakibat fatal, karena bisa mengakibatkan kelayuan secara keseluruhan pada tanaman. Toksin dan enzim yang dihasilkan oleh jamur ini dapat mengganggu permeabilitas membran plasma sel tanaman dan merusak dinding sel pembuluh kayu akibatnya fungsi pembuluh kayu menjadi terganggu.

Gejala serangan cendawan F. oxysporum ditandai dengan tanaman layu, daun bawah menguning dan mengering, kemudian seluruh tanaman akan mati. Jika kita memotong batang tanaman yang sakit secara melintang, di sekeliling pembuluhnya akan memperlihatkan warna coklat melingkar. Sementara itu, serangan cendawan V. albo atrum ditandai dengan daun-daun menguning, kemudian layu permanen mirip dengan gejala serangan fusarium, tetapi daun-daun akan luruh (berguguran). Pengendalian penyakit tanaman krisan ini dapat dilakukan dengan cara memperbaiki drainase tanah, pergiliran tanaman, memangkas bagian tanaman yang sakit, sanitasi kebun dan aplikasi fungisida sistemik berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida dengan konsentrasi sesuai petunjuk kemasan.