Burung jalak bali merupakan salah satu hewan langka di Indonesia, sehingga edukasi tentang spesies burung ini perlu dilakukan dengan baik. Salah satu hal penting untuk diketahui adalah tentang habitat burung jalak bali. Dengan mengetahui kedua hal tersebut maka kita dapat berusaha untuk menjaga kelestarian tempat tinggalnya sehingga burung tersebut bisa lebih terjaga kehidupannya.
Habitat Burung Jalak Bali
Jika kita berbicara tentang habitat burung jalak bali, tentu kita langsung mengingat bahwa burung ini hanya dapat ditemukan di Pulau Bali. Burung ini merupakan hewan endemik yang hanya bisa ditemukan secara alami di Pulau Dewata tersebut. Biasanya burung ini tersebar secara alami di daerah hutan Bubunan, Buleleng dan Gilimanuk.
Dulunya persebaran burung ini cukup luas di daerah Bali Barat, ia dapat dijumpai di kawasan Lampu Merah, Tegal Bunder,Batu Gondang, Batu Licin dan Teluk Brumbun. Hanya saja karena banyaknya pembangunan yang dilakukan oleh manusia, membuat di daerah tersebut sudah tidak ditemukan lagi jalak bali. Pembangunan pulau dewasa salah satunya untuk menyokong sektor pariwisata, memang seperti pedang bermata dua. Selain berfungsi untuk memajukan sektor pariwisata yang dapat memberi pemasukan kepada negara dan masyarakat, kerusakan lingkungan yang terjadi akibatnya tidak bisa dihindari.
Adanya pembangunan tersebut menyebabkan habitat burung jalak bali menjadi semakin sempit. Semakin menyempitnya habitat burung ini menjadi salah satu faktor penyebab kelangkaan burung jalak bali. Selain itu kondisi lingkungan yang disukainya berada dalam kisaran sempit, burung ini menyukai daerah dengan ekosistem hutan pantai, hutan mangrove, sabana dan hutan rawa yang memiliki ketinggian antara 210 meter hingga 1.144 meter diatas permukaan laut. Diluar kisaran tersebut, burung jalak bali tidak bisa hidup dengan baik.
Sebagai salah satu upaya konservasi satwa-satwa di Bali, sejak tahun 1995 telah didirikan Taman Nasional Bali Barat sebagai kawasan yang dilindungi untuk bisa melestarikan berbagai satwa dan tumbuhan. Taman nasional ini berada di daerah Semenanjung Tanjung Gelap Pahlengkong dan Prapat Agung. Kehadirannya diharapkan mampu menyediakan habitat burung jalak bali yang aman dan nyaman serta tidak diganggu oleh manusia.
Taman Nasional Bali Barat
Taman Nasional Bali Barat merupakan salah satu bentuk upaya konservasi fauna dan flora yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Letaknya berada di bagian barat Pulau Dewata dan mempunyai luas sekitar 77 ribu hektar atau sekitar 10% dari total luas daratan Pulau Bali.
Di dalam Taman Nasional Bali Barat ini terdapat empat buah gunung berapi purba yang sudah tidak aktif lagi. Dari keempat gunung tersebut, gunung patas menjadi yang tertinggi dengan ketinggian 2.211 meter diatas permukaan laut. Habitat di Taman Nasional Bali barat dapat di bagi menjadi dua, yaitu habitat hutan dan sabana, kebetulan burung jalak bali dapat hidup di keduanya.
Selain burung jalak bali, ada sekitar 160 spesies flora dan fauna lain yang hidup di taman ini. Beberapa diantaranya adalah banteng, lutung,rusa, kalong dan aneka burung lain. Kelestarian dari taman ini perlu kita jaga bersama, karena ia menjadi habitat terakhir untuk menemukan burung jalak bali yang sudah hampir punah.
Populasi Burung Jalak Bali
Burung ini populasinya sudah sangat mengkhawatirkan dan telah menuju ke arah kepunahan. Adanya wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Bali Barat di beberapa tahun terakhir juga membuat mereka merasa terganggu. Padahal taman nasional ini menjadi salah satu habitat burung jalak bali terakhir yang masih alami kondisinya. Munculnya pemukiman masyarakat di sekitar taman ini juga sedikit banyak mempengaruhi kondisi lingkungan di sekitarnya.
Pemburu yang mengincar burung ini juga ternyata masih bisa dijumpai, terbukti penjualan ilegal jalak bali masih saja terjadi hingga sekarang. Alasannya adalah karena burung ini memiliki harga jual tinggi, hingga mencapai puluhan juta rupiah.Oleh sebab itu, masih ada saja orang yang tidak memikirkan kelestarian lingkungan dan tidak takut hukum demi mendapatkan uang tersebut. Apalagi burung ini memiliki kebiasaan untuk membuat sarang di tempat terbuka, sehingga memudahkan para pemburu untuk menemukannya.
Populasi burung jalak bali terus berkurang tiap tahunnya, pada tahun 1910 populasinya di alam masih sekitar 900 ekor. Populasi tersebut terus turun, hingga tahun 1984 dinyatakan tinggal sekitar 125 hingga 180 ekor saja. Populasi ini terus turun, hingga di tahun 2005 jumlah burung jalak bali di Taman Nasional bali Barat hanya mencapai 50 ekor saja. Tentunya hal itu sangat mengkhawatirkan sekali dan perlu dilakukan gerak cepat untuk bisa melestarikannya.
Upaya pelestarian tersebut ternyata cukup menggembirakan, karena di tahun 2019 tercatat populasi burung ini mencapai 191 ekor. Akan tetapi populasi burung di kandang penangkaran, jauh lebih banyak dibandingkan di habitat aslinya. Diharapkan penangkaran burung ini dapat menghasilkan semakin banyak individu baru yang nantinya bisa dilepaskan kembali ke habitatnya. Tentu kita semua berharap di beberapa tahun mendatang ketika kita berkunjung ke habitat burung jalak bali, kita masih bisa menemukan burung ini sedang berkicau dengan gembira di alamnya.