Arthropoda

ArthropodaPaling sedikit 75% dari seluruh hewan yang telah dikenal saat ini merupakan anggota dari filum Arthropoda. Serangga, laba-laba, caplak, kalajengkig, kaki seribu, udang, kepiting dan kutu air merupakan anggota dari filum ini yang sering kita jumpai. Dari asal katanya, Arthropoda merupakan hewan yang memiliki kaki yang beruas-ruas. Arthropoda merupakan kulminasi perkembangan evolusi dari prostostoma.

Ciri-Ciri Artthropoda

Secara umum ciri-ciri dari Filum Arthropoda adalah sebagai berikut :

  1. Memiliki kaki yang bersegmen-segmen. Pada setiap segmen atau beberapa segmen terdapat sepasang appendage (bagian tubuh yang menonjol dan mempunyai ujung bebas).
  2. Tubuhnya simetris bilateral yang juga biasanya terdiri dari sederetan segmen.
  3. Terdapat rangka luar dari kitin yang fleksibel untuk memudahkan pergerakan bagian segmen tubuhnya.
  4. Merupakan hewan yang berdarah dingin yang artinya suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan.

Persamaan dengan Filum Lain

Artrhopoda memiliki kesamaan dengan film lain, khususnya filum Annelida dan Mollusca. Kesamaan antara Arthropoda dengan Annelida dapat dilihat sebagai berikut :

  1. Seperti Annelida, filum ini termasuk metamerik. Anggota filum ini yang lebih maju tingkatannya, metamerik berubah seperti segmen yang bergabung dan bermodifikasi pada daerah yang berbeda dari tubuh sehingga memiliki fungsi tubuh yang lebih spesial. Gabungan segmen yang spesialisasi tadi disebut tagmatisasi, hal ini hampir mirip pada Polichaeta (Annelida), tetapi pada Arthropoda perkembangannya lebih maju. Dua dari grup besar arthriopoda (Crustacea dan insecta) tubuhnya dapat dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu kepala, dada dan perut.
  2. Pada Arthropoda yang primitif, setiap segmen memiliki pasangan anggota gerak, seperti pada Polychaeta yang berupa parapodia.
  3. Sistem saraf dari kedua filum ini memiliki struktur dasar yang sama. Otak pada bagian dorso-anterior tubuh dilanjutkan ke arah ventroposterior sumbu saraf yang memiliki ganglion pada setiap segmennya.
  4. Perkembangan embrio dari beberapa Arthropoda masih menunjukkan pembelahan holoblastik.

Arthropoda memiliki satu kesamaan umum dengan Mollusca yaitu anggota dari kedua filum ini secara umum memiliki sebuah pelindung tubuh yang keras. Pelindung tubuh dari kedua filum ini diproduksi melalui mekanisme yang berbeda, perbedaan kimia dan keadaan fisik serta perbedaan utama pada fungsinya. Pada Mollusca pelindung tubuh berfungsi untuk melidungi bagian yang lunak didalamnya, sedangkan pada Arthropoda berfungsi sebagai tambahan pada alat geraknya. Pelindung Arthropoda atau eksoskeleton ini dihasilkan oleh sel epiderma.

Struktur Tubuh Arthropoda

Bagian terluar struktuktur tubuh Arthropoda adalah epikutikua yang bersifat lilin dan disusun oleh sebuah lapisan lipoprotein yang dibawahnya dilapisi oleh lemak. Lapisan epikutikula bersifat impermeable terhadap air dan tidak terjadi proses pertukaran gas. Oleh karena itu, membuat Arthropoda lebih tahan terhadap dehidrasi dibandingkan invertebrata lainnya. Dibawah epikutikula terdapat lapisan prokutikula yang tersusun atas polisakarida kitin yang berikatan dengan sejumlah protein.

Kitin pada Arthropoda berfungsi untuk proteksi, pendukung dan pergerakan. Pada prokutikula dieprkuat oleh berbagai macam senyawa pengeras, contohnya pada Crustacea, senyawa tersebut adalah kalsium karbonat yang disimpan pada beberapa lapisan prokutikula. Proses pengerasan prokutikula juga melibatkan beberapa protein dan disebut dengan proses sklerotisasi.

Tebal tipisnya lapisan prokutikula pada setiap bagian tidak sama, misalnya pada bagian tempat terjadinya artikulasi. Pada bagian ini lapisan tersebut tipis dan fleksibel pada arah tertenu, sehingga otot yang bersifat antagonis dapat menggerakan persendian. Oleh sebab itu, coelom tidak berperan besar terhadap kemampuan bergerak.

Rongga tubuh utama disebut homocoel, merupakan bagian dari sistem aliran darah seperti dalam Mollusca. Berbeda dengan pertumbuhan cangkang Mollusca, endoskeleton dari Arthropoda dihasilkan oleh seluruh permukaan tubuh secara simultan. Ketika telah terjadi proses pengerasan, lapisan skeleton yang lama akan dilepaskan dan digantikan oleh lapisan baru yang ukurannya relatif lebih besar.  Proses tersebut dikenal dengan istilah ekdisis atau molting.

Saat molting merupakan masa kritis bagi Arthropoda terhadap predatornya karena tubuhnya belum terlindung oleh lapisan yang keras. Oleh sebab itu, biasanya ketika molting mereka berlindung pada tempat yang aman. Proses molting dan formasi dari eksoskeleton yang baru dikontrol oleh sistem saraf dan hormon. Sebuah kelenjar menghasilkan hormon ekdisteoid yang dapat menstimulasi molting.

Sistem saraf pada filum ini memiliki keunikan tersendiri. Sebuah sel saraf (neuron) dapat menginervasi sejumlah besar serat otot dan otot dapat diinervasi sampai 5 macam sel saraf. Terdapat pula sel saraf yang bersifat penghambat (inhibitor), yang bekerja menghilangkan atau menurunkan aksi potensial sel saraf lain atau menghambat kontraksi otot.

Sistem peredaran darah pada Arthropoda tersusun dari Jantung dan pembuluh darah yang terbuka. Darah dipompa oleh jantung dan menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Ujung pembuluh darah terbuka sehingga darah mengisi rongga hemocoel. Darah, kemudian kembali masuk ke jantung melalui lubang ostia. Fungsi sistem peredaran darah adalah hanya untuk mengedarkan sari makanan dan mengangkut sisa hasil metabolisme.

Klasifikasi Arthropda

Klasifikasi Arthropoda mengacu pada Pechenik (1996), dibagi ke dalam 19 kelas, 76ordo dan 2400 famili. Walaupun memiliki jumlah famili yang sangat besar, tetapi bila dilihat dari morfologi hewan dewasanya memiliki hanya sedikit perbedaan antara famili yang satu dengan yang lainnya. Pengelompokan taksonomi dari Arthropoda berdasarkan pada perkembangan embrio, bentuk dan fungsi anggota badan.

Secara singkat klasifikasi Arthropoda adalah sebagai berikut :

  • Filum Arthropoda
  • Subfilum Trilobitomorpha
    – Kelas Trilobita
  • Subfilum Chelicerata
    – Kelas Merostomata
    – Kelas Arachnida
    – Kelas Pycnogonida
  • Subfilum Uniramia
    – Kelas Chilopoda
    – Kelas Diplopoda
    – Kelas Insecta
  • Subfilum Crustacea
    – Kelas Malacostraca
    – Kelas Branchiopoda
    – Kelas Ostracoda
    – Kelas Copepoda
    – Kelas Cirripedia
    – Kelas Pentastomida

Peranan Arthropoda

Karena terdiri atas banyak sekali hewan, peranan Arthopoda bagi manusia sangat beraneka ragam. Ada Arthropoda yang memiliki peranan menguntungkan bagi manusia, tetapi ada juga yang merugikan. Zat kitin yang merupakan zat pembentuk eksoskeleton Arthropoda memiliki manfaat yang sangat banyak bagi manusia.

Penggunaan kitin secara komersial beberapa tahun ini semakin meningkat sebab kitin itu kuat, non alergi dan dapat diuraikan secara biologi. Kitin, sebagai contoh, dapat dilebur dan dibentuk menjadi serat dan dapat dipergunakan di pabrik dan benang pada operasi bedah. Kitin juga dapat digunakan sebagai kapsul yang dapat diuraikan secara biologi dan di implementasi pada tubuh sehingga obat yang ada di dalam kapsul tersebut dapat terurai secara perlahan. Sebagai makanan tambahan kitin dapat mengurai penimbunan kalori dan kolestrol. Oleh karena kemampuannya mengikat senyawa lain, kitin dapat digunakan untuk penyaringan air pada tempat pembersihan air.

Selain dari zat kitinnya, peranan menguntungkan Arthropoda diantaranya adalah sebagai berikut :

  • Arthopoda merupakan penyedia makanan bagi manusia. Ada berbagai macam spesiesnya yag telah rutin dikonsumsi manusia, sebut saja udang, lobster, kepiting dan belalang. Selain dikonsumsi secara langsung, lebah yang menghasilkan madu yang juga merupakan makanan manusia.
  • Kepompong ulat sutera yag merupakan anggota kelas insecta menghasilkan ulat sutera yang dapat dijadikan kain.
  • Berbagai jenis arthopoda, khususnya kelas insecta membantu penyerbukan tanaman.
  • Ada spesies yang bertindak sebagai predator hama, sehingga mempermudah petani dalam melakukan pemeliharaan tanaman.

Selain bertindak menguntungkan, ada juga Arthropoda yang memiliki peranan merugikan terhadap manusia diantaranya :

  • Ada anggota Arthopoda yang bertindak sebagai perantara penyakit.
  • Ada beberapa hewan anggota filum ini yang bersifat sebagai parasit bagi hewan peliharaan ataupun manusia.
  • Rayap yang merupakan anggota kelas insekta,seringkali merusak kayu yang ada bangunan ataupun peraotan rumah tangga.
  • Ordo Isopoda memiliki kebiasaan merusak bagian bawah kapal.
  • Ada Arthopoda yang bertindak sebagai hama pertanian dan perikanan.