Burung Kasuari

Burung kasuariKasuari merupakan salah satu jenis burung yang masuk kelompok famili Casuariidae. Famili burung ini terdiri atas burung-burung besar yang tidak dapat terbang, hanya saja mayoritas spesies yang masuk famili ini telah punah. Genus Casuarius menjadi satu-satunya yang masih eksis di dunia hingga saat ini. Genus ini terdiri atas 3 spesies burung Casuari yaitu Casuarius casuarius, C. benneti dan C. unappendiculatus.

Klasifikasi

Didalam taksonomi hewan, klasifikasi burung kasuari dimasukkan ke dalam takson berikut ini :

Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Struthioniformes
Famili : Casuariidae
Genus : Casuarius
Spesies : Casuarius casuarius, Casuarius benneti dan Casuarius unappendiculatus.

Ciri-Ciri Burung Kasuari

Burung Kasuari mudah dikenali karena memiliki bentuk tubuh yang khas. Ciri-ciri burung Kasuari diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Memiliki tubuh yang berukuran besar dan leher yang panjang. Kasuari dewasa tingginya dapat mencapai 2 meter dengan berat sekitar 60 kg. Walaupun rata-rata tingginya sekitar 1,5 sampai 1,8 meter.
  2. Memiliki kaki yang kokoh untuk berjalan dan berlari. Dengan kakinya yang kuat tersebut, ia dapat berlari dengan kecepatan 50 km/jam.
  3. Memiliki tulang sayap yang kecil, hal ini membuat burung ini tidak dapat terbang. Selain karena ukuran tulang sayap dan badannya tidak proposional, otot terbangnya juga tidak menempel pada tulang yang kokoh.
  4. Kasuari memiliki 3 jari kaki yang menghadap ke depan dengan kuku-kuku tajam.
  5. Memiliki gelambir berwarna biru dan merah tua yang menggantung di lehernya. Gelambir ini juga merupakan salah satu bagian yang digunakan untuk identifikasi spesies Kasuari.

Jenis Burung Kasuari

Terdapat 3 jenis burung kasuari yang berhasil teridentifikasi di lapangan, yaitu :

Kasuari Gelambir Ganda

Nama latinnya adalah Casuarius casuarius, masyarakat papua mengenal jenis burung ini dengan nama Saro Jinggiklasu. Mayoritas bulu tubuhnya berwarna cokelat muda dengan garis tebal berwarna cokelat tua yang membujur sepajang badan. Jenis Kasuari ini saat dewasa memiliki tinggi badan antara 1,2 – 1,7 m dengan berat badan hingga 80 kg. Burung betina memiliki tubuh yang lebih besar dibandingkan pejantan. Betina juga memiliki gelambir yang lebih panjang serta warna bulu yang lebih terang.

Burung ini memiliki kulit wajah dan kepala yang berwarna biru keunguan dengan rona berwarna merah atau terkadang kekuningan. Terdapat mahkota di atas kepalanya yang berbentuk kurva dengan leher bergelambir dua yang berwarna merah. Di tiga jari yang dimilikinya terdapat cakar-cakar yang tajam. Dengan cakarnya ini kasuari akan mempertahankan diri jika ada predator yang ingin memburunya, termasuk manusia.

Kasuari gelambir ganda tersebar di hutan dataran rendah dan sabana yang ada di Pulau Papua, Seram dan Benua Australia. Ia merupakan satu-satunya Kasuari yang hidup secara alami di benua Australia. Saat ini populasinya sudah sangat terancam kepunahan diakibatkan banyaknya perburuan yang dilakukan manusia. Menurut IUCN Red List, diperkirakan populasinya saat ini sekitar 6.000 – 15.000 individu. Hal ini membuatnya dimasukkan kedaam spesies yang terancam kepunahan. Walau begitu, hingga saat ini perburuan Kasuari khususnya di Papua masih banyak dilakukan untuk diambil dagingnya.

Kasuari Gelambir Tunggal

Kasuari leher emasBurung yang memiliki nama latin Casuarius unppendikulatus ini dikenal juga oleh masyarakat Indonesia dengan nama kasuari berleher emas. Sedangkan orang papua mengenalnya degan sebutan Saro porkas. Habitat alaminya berada di hutan dan rawa yang ada di dataran rendah Papua bagian utara serta pulau-pulau sekitarnya seperti pulau Yapen, Batanta dan Salawati. Menurut IUCN Red List, saat ini populasinya di alam liar sekitar 2.500 – 9.999 individu.

Burung ini memiliki bulu yang berwarna hitam legam. Bulunya yang hitam ini kontras dengan warna kulit wajah dan kepalanya yang berwarna biru dengan leher dan gelambir berwarna kuning keemasan. Burung betina memiliki tubuh yang berukuran lebih besar dibandingkan pejantan. Tubuh betina panjangnya sekitar 1,5 – 1,8 m sedangkan pejantan sekitar 1,2 – 1,5 m. Selain dari gelambirnya, Jenis burung kasuari ini dibedakan dengan kasuari gelambir gada dari paruhnya yang sedikit lebih pendek dan kakinya yang lebih panjang. Ia juga memiliki jengger berwarna hitam di atas kepalanya.

Kasuari Kerdil

Casuarius bennetti,Burung ini memiliki nama latin Casuarius bennetti, sedangkan orang papua mengenalnya dengan nama saro sembagi. Walaupun dijuluki dengan nama kasuari kerdil, tinggi jenis burung kasuari ini tetap lebih dari 1 meter. Ada dua jenis burung kasuari kerdil yang dikenal oleh masyarakat Papua yaitu Kasuari kerdil yang hidupnya di dataran tinggi dan yang hidup di dataran rendah. Keduanya, walaupun masih dimasukkan ke dalam satu spesies yang sama tetapi memiliki perbedaan secara fisik.

Kasuari kerdil yang hidup di dataran tinggi memiliki tinggi badan sekitar 1,1 – 1,3 m. Kulitnya berwarna cokelat kekuningan dan bulu berwarna cokelat muda. Jenis burung ini tidak memiliki mahkota di atas kepalanya. Jenis burung ini jarang ditemukan oleh masyarakat setempat karena hanya hidup pada dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 3.500 meter diatas permukaan laut.

Sedangkan Kasuari kerdil yang hidup di dataran rendah memiliki tinggi badan 1,2 – 1,5 meter. Bulunya berwarna hitam mengkilap yang menutupi seluruh badannya kecuali kepala, leher dan kaki. Ia memiliki mahkota di atas kepalanya berbentuk segitiga dan gelambir pendek berwarna biru.

Makanan Burung Kasuari

Jenis makanan yang disukai oleh burung kasuari diantaranya adalah jenis buah-buahan, biji-bijian serta hewan berukuran kecil seperti udang dan ikan yang ada di pinggiran sungai atau kali di hutan. Untuk mendapatkan makanannya, Kasuari mengambil dengan paruhnya kemudian menjepit makanan tersebut dan langsung menelan tanpa mengunyah terlebih dahulu. Terkadang, apabila ada serangga yang terbang, kasuari akan mengejarnya sampai dapat.

Cara Berkembang Biak Burung Kasuari

Kasuari adalah hewan yang termasuk pada golongan hewan diurnal, yaitu hewan yang banyak melakukan kegiatan pada siang hari. Di alam bebas, kasuari sring terlihat menjelajahi hutan secara berpasangan atau bersama anaknya. Namun kasuari juga kadang menjelajahi hutan sendirian. Biasanya kasuari yang berjalan sendiri tersebut adalah induk betina karena indukan jantan sedang mengerami telurnya.

Pada saat musim berkembang biak, pejantna akan mendekati betina sambil berputar-putar dan mengepakan sayapnya. Apabila si betina telah menerima pejantan terbut, maka kasuari jantan akan terus mengikuti sang betina. Namun, jika tidak diterima maka kasuari betina akan mengusir sang pejantan.

Setelah kasuari betina dan jantan kawin maka kasari betina akan bertelur. Biasanya dalamsekali bertelur akan menghasilkan 5-6 butir. Cangkang telur burung kasuari berwarna kehijauan dngan berat sekitar 650 gram. Uniknya, telur-telur tersebut justru dierami oleh pejanta selama 49-56 hari dalam sebuah sarang yang terbuat dari daun-daunan atau ranting-ranting pohon. Lebih unik lagi, induk jantan juga akan mengasuh anak-anak burung yang baru menetas sampai berumur sekitar satu tahun. Sementara itu, indukan betina akan meninggalkan pasangannya yang sedang mengerami telurnya dan mencari kasuari jantan yang lain.

Anak kasuari yang baru menetas akan memiliki bulu-bulu berwarna kekuning-kuningan dengan garis-garis cokelat muda. Garis-garis tersebut lambat laun akan hilang dan warnanya akan berubah menjadi cokelat polos. Anak kasuari masih belum memiliki jengger.

Status Hewan Saat Ini

Status konservasi untuk kasuari, khususnya kasuari gelambir ganda telah dievaluasikan sebaga rentan di dalam IUNC Red List. Keberadaan hewan ini terancam dalam kepunahan karena adanya perburuan liar dan hilangnya habitat hutan sebagai tempat tinggal alami burung kasuari. Oleh karena itu, pemerintah memasukkan burung ini kedalam salah satu hewan yang dilindungi oleh Undang-Undang.

Sayangnya, sampai saat ini perburuan burung kasuari masih terus terjadi. Hampir setiap hari penduduk setempat masih memburu hewan yang telah dilindungi oleh Undang-Undang ini. Apalagi Menurut Rahawarin (2014), perburuan burung dilakukan tanpa melihat ukuran badan, umur ataupun jenis kelaminnya. Hal tersebut dikarenakan mereka tidak rela untuk melepaskan hasil buruannya yang terjerat perangkap.