Phaeophyta

PhaeophytaPhaeophyta merupakan sebuah filum tumbuhan yang dalam bahasa Indonesia disebut sebagai alga cokelat. Semua anggota filum ini berbentuk seperti benang-benang atau lembaran dan bahkan ada yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi dikarenakan memiliki organ tubuh yang menyerupai akar, batang dan daun.

Ciri-Ciri Phaeophyta

Secara umum, ciri-ciri dari anggota Filum Phaeophyta adalah sebagai berikut :

  1. Sel vegetatif mengandung lebih dari satu khromatofor yang berbentuk bulat atau bulat memanjang agak memipih dan mengandung klorofil a dan c serta santofil. Kadar santofil jumlahnya melebihi pigmen yang lain. Ada enam macam  santofil, tiga diantaranya ditemukan pada Phaeophyta. Pigmen inilah yang memberi warna cokelat atau cokelat kehijauan pada anggota kelas ini.
  2. Khromatofor tidak mengandung pirenoid.
  3. Hasil fotosintesis berupa laminarin atau manitol.
  4. Sel-sel reproduktif yang motif baik sel-sel kelamin maupun sporanya berbentuk seperti buah pir dengan dua buah flagela tidak sama panjang yang keluar dari bagian lateral selnya serta bertipe akronematik dan pleronematik.
  5. Dinding sel mengandung asam alginat selain selulosa.
  6. Talus selalu multiseluler.

Habitat Phaeophyta

Sebagian besar anggota Phaeophyta hidup di laut, hanya beberapa jenis saja yang hidup di air tawar. Phaeophyta merupakan unsur utama yang menyusun vegetasi alga di lautan Arktik dan Antartika. Akan tetapi beberapa marganya seperti Dictyotae, Sargassum dan Turbinaria merupakan alga yang khas untuk lautan daerah tropis. Kebanyakan anggota kelas ini hidup sebagai litofit, tetapi beberapa jenis dapat hidup sebagai epifit atau endofit pada tumbuhan lain atau alga makroskopik yang lain. Ada pula yang hidup sebagai massa yang terapung bebas di permukaan air, misalnya Sargassum di laut Sargasso.

Bentuk dan Struktur Tubuh

Semua anggota Phaeophyta kecuali jenis-jenis yang termasuk ordo Fucales, daur hidupnya menunjukkan adanya pergantian keturunan, antara keturunan sporofit dan gametofit yang masing-masing hidup bebas. Talus yang telah dewasa dari ketururunan tersebut menunjukkan variasi yang besar, baik dalam ukuran maupun bentuknya. Misalnya, sporofit dapat mencapai beberapa puluh meter sedangkan gametofitnya hanya beberapa sel saja, ada pula yang sporotif dan gametofitnya mempunyai ukuran dan bentuk yang relatif sama satu sama lain.

Talus umumnya telah mengalami diferensiasi menjadi alat bercabang-cabang atau berbentuk helaian yang bertangkai atau tidak bertangkai. Struktur talus yang paling kompleks dapat dijumpai pada alga perang yang tergolong “pelp”, contohnya Nereocystis, Macrocystis dan Sargassum. Pada ganggang-ganggang ini terdapat diferensiasi eksternal yang dapat dibandingkan dengan tumbuhan vaskuler. Talus dari alga ni mempunyai alat pelekat yang menyerupai akar, dari alat pelekat ini tumbuh bagian yang tegak dan dengan bentuk sederhana atau bercabang-cabang seperti batang pohon dengan cabang-cabang yang menyerupai daun dengan gelembung udara.

Sebagian besar anggota Phaeophyta mempunyai pertumbuhan interkelakar atau trikhotalik, selain itu beberapa jenisnya mempunyai pertumbuhan apikal dan dilakukan oleh sel apikal tunggal atau oleh sederetan sel-sel apikal yang letaknya transversal. Pada alga yang termasuk “kelp”, pertumbuhannya disebabkan oleh aktivitas bagian yang meristematik yang terdapat di antara helaian dan tangkai atau karena aktivitas sel-sel yang letaknya di dasar tangkai.

Reproduksi Phaeophyta

Reproduksi Phaeophyta dapat dilakukan secara vegetatif, aseksual dan sesksual. Reproduksi  vegetatif umumnya dilakukan dengan fragmentasi talus. Semua anggota dari Phaeophyta kecuali ordo Fucales melakukan reproduksi aseksual dengan zoospora atau alanospora yang masing-masing tidak berdinding. Zoospora dibentuk dalam sporangium bersel tunggal (unilokuler) atau bersel banyak (plurilokuler).

Reproduksi seksual dilakukan secara isogami, anisogami atau oogami. Gamet biasanya dibentuk dalam gametangia yang plurilokuler atau yang unilokuler pada gametofit. Zigot yang terbentuk tidak megalami masa istirahat dan langsung membentuk sporofit setelah terlepas dari gametofit. Pada beberapa ordo seperti Laminariales, Dictyotales dan Fucales, reproduksi bersifat oogamik. Anteridium bersifat plurilokuler misalnya pada Dictyota dan unilokuler pada Laminaria. Oogonium selalu unilokuler mengandung satu sel telur yang berkuasa besar. Pada Dictyota, sel telur dikeluarkan ke dalam air dan fertilisasi terjadi di dalam air, sedangkan pada Laminaria sel telur dikeluarkan pada ujung oogonium tetapi tetap melekat.

Daur Hidup

Pada Phaeophyta terdapat tiga tipe daur hidup, yaitu sebagai berikut :

  1. Tipe isomorfik
    Pada tipe ini, gametofit dan sporofit mempunyai bentuk dan ukuran yang relatif sama satu sama lain. Contohnya anggota-anggota dari ordo Ectocarpales, Dictyotales dan Cutleriales. Golongan yang mempunyai tipe ini oleh Smith digolongkan dalam Isogeneratae.
  2. Tipe heteromorfik
    Pada tipe ini, sporofit berkembang dengan baik dan berukuran makroskopik, sedangkan gametofitnya berukuran mikroskopik, berbentuk filamen yang hanya terdiri atas beberapa sel saja. Misalnya, anggota-anggota yang tergolong dalam bangsa Laminariales. Oleh Smith golongan yang mempunyai tipe ini digolongkan ke daam Heterogeneratae.
  3. Tipe diplontik
    Tipe ini tidak menunjukkan adanya pergantian keturunan, siklus hidupnya bersifat diplontik, fase haplooid hanya terdapat pada gametnya. Contoh Phaeophyta yang memiliki tipe ini ialah anggota ordo Fucales. Menurut Smith golongan yang mempunyai tipe ini digolongkan dalam Cyclosporeae.

Manfaat Phaeophyta

Anggota filum Phaeophyta termasuk sejumlah rumput laut yang dapat dimakan. Semua anggotanya mengandung asam alginat di dinding selnya, yang diekstrasi secara komersial dan digunakan sebagai zat pengental dalam industri makanan dan kegunaan lainnya. Salah satu produk dari asam alginat ini digunakan dalam baterai lithium-ion. Asam alginat digunakan sebagai komponen penstabil anoda baterai. Polisakarida ini merpakan salah satu komponen utama dari alga coklat, dan tidak ditemukan pada tumbuhan di daratan.

Asam alginat memiliki manfaat di dalam budidaya ikan. Misalnya, asam alginat meningkatkan sistem kekebalan tubuh ikan. Ikan yang masih kucil memiliki kemungkinan lebih besar untuk hidup jika diberi asam alginat sebagai campuran makanannya.

Alga cokelat juga berperan dalam mengurangi kadar karbon dioksida di bumi setiap tahunnya melalui fotosintesis. Mereka dapat menyerap sejumlah besar karbon dioksida di dalam tubuhnya sehingga dapat membantu manusia untuk melawan perubahan iklim. Manfaat lain dari Phaeophyta diantaranya adalah sebagai obat, Sargachromanol G yang merupakan ekstrak Sargassum siliquastrum, telah terbukti memiliki efek anti-inflamasi.

Klasifikasi

Filum Phaeophyta, hanya beranggotakan 1 kelas saja yaitu kelas Phaeophyceae. Kemudian dari kelas ini dapat dikelompokkan lagi ke dalam 4 ordo. Sehingga klasifikasi Phaeophyta adalah sebagai berikut ini :

Kingdom : Plantae
Filum : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo :
– Dictyotales
– Punctariales
– Laminariales
– Fucales

Contoh Phaeophyta

Untuk memudahkan anda, maka akan dibicarakan contoh-contoh Phaeophyta beserta penjelasannya.

1. Dictyota
Dictyota PhaeophytaTanaman ini merupakan anggota Famili Dictyotaceae dan Ordo Dictyotales. Talusnya tegak, pipih seperti pipa, berwrana cokelat, bercabang lebat dan umumnya menggarpu (dikotom). Talus ini melekat pada subtrat dengan perantaraan rizoid. Pertumbuhan dilakukan oleh sel-sel apikal.

Pada penampang melintang (tegak lurus) dapat terlihat bahwa talus terdiri dari tiga lapisan sel, yaitu lapisan tengah (medula) yang terbentuk dari selapis sel yang berukuran besar, berdiding tebal, berbentuk kurang lebih seperti kubus dengan kandungan khromatofor yang jumlahnya sangat sedikit. Dua lapisan yang lain masing-masing di bagian atas dan bawah terdiri atas satu lapis sel-sel yang berukuran kecil yang mengandung banyak khromatofor.

Oleh karena jenis alga ini isomorfik, maka di alam akan dijumpai sporofit dan gametofit yang secara morfologi tidak dapat dibedakan satu sama lainnya. Dictyota banyak hidup di lautan daerah tropis.

2. Padina
contoh PhaeophytaPadina merupakan contoh Phaeophyta yang juga merupakan anggota Famili Dictyotaceae dan Ordo Dictyotales. Ia memiliki talus yang terdiri atas alat pelekat berupa rizoid yang lebat dan tangkai yang pendek dan hampir tidak tampak. Helaian berbentuk kipas yang terbagi menjadi beberapa segmen dan bagian tepinya tergulung, tebal helaian ini setebal dua atau beberapa sel. Pada helaian ini terdapat rambut-rambut halus yang letaknya teratur sedemikian rupa sehingga memberi gambaran garis-garis konsentris. Helaian berwarna cokelat bercampur warna putih yang disebabkan adanya deposit kapur.

Sporangia tersebar atau berkelompok diantara rambut-rambut, mengandung empat spora, begitu pula halnya dengan gametangia. Genus ini tersebar di pantai lautan daerah tropis, terutama di perairan yang mempunyai dasar batu karang.

3. Hydroclanthus
HydroclathrusContoh Phaeophyta ini merupakan anggota dari Ordo Puncatariales dan famili Punctariace. Ia memiliki talus yang melebar, berlubang-lubang hingga memberi kesan seperti jala. Talusnya berwarna cokelat dan melekat pada substrat batu karang. Genus ini hidup tersebar di daerah perairan pantai yang mempunyai dasar batu karang di daerah tropis.

Hydroclanthus merupakan Phaeophuta yag bertipe heteromorfik, gametofitnya berupa filamen yang mikroskopik, sehingga jika anda kelaut yang bisa anda lihat hanya sporofitnya saja.

4. Macrocystis
Phaeophyta di lautTalus Macrocystis (sporofit) mempunyai tangkai yang mengadakan percabangan berulang-ulang. Talusnya dapat mencapai panjang 30-50 meter. Pada percabangan talusnya secara terus menerus akan terbentuk helaian-helaian  baru pada ujung setiap tangkai. Helaia yang dewasa terletak pada jarak yang teratur sepanjang cabang, tiap helaian membentuk gelembung udara pada bagian basahnya.

5. Sargassum
Sargassum Sargassum mempunyai talus yang struktur mofologinya paling kompleks. Dari penampakannya, Sargassum menyerupai tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae). Talus berukuran relatif besar, berwarna cokelat dan melekat pada substrat dengan pengantaran alat pelekat. Dari alat pelekat ini tumbuh sumbu aksial yang pertumbuhannya tak terbatas. Pada sumbu aksial dan cabang-cabangnya terdapat cabang lateral yang pertumbuhannya terbatas dan bentuknya menyerupai daun, yang disebut filoid. Filoid yang terletak di bagian bawah talus, ukurannya lebih besar daripada yang terletak di atasnya. Filoid sering mempunyai rusuk tengah dan kadang-kadang dijumpai adanya kriptostomata. Reseptakel dua gelembung udara letaknya pada cabang-cabag di antara filoid-filoid.