Jenis Nyamuk Penyebab DBD

Nyamuk penyebab DBDDemam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit virus yang berbahaya, karena dapat menimbulkan kematian penderita dalam waktu hanya beberapa hari. Penyakit ini masuk ke Indonesia melalui pelabuhan Surabaya tahun 1968 dan pada tahu 1980 sudah menyebar ke seluruh Provinsi di Indonesia. Gejala demam tinggi yang terus-menerus selama 2-7 hari diikuti timbulnya bintik-bintik merah (petchis) pada bagian-bagian badan dan penderita dapat meninggal karena mengalami sindroma syok. Sampai sekarang penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan masih banyak penderita yang meninggal karena terlambat ditangani oleh petugas kesehatan. Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk spesies Aedes aegypti dan vektor potensialnya adalah spesies Aedes albopictus.

Jenis Nyamuk DBD

Seperti yang telah saya jelaskan diatas, jenis nyamuk penyebab DBD ada dua macam yaitu Aedes albopictus dan Aedes aegypti. Kedua jenis nyamuk DBD itu akan saya ulas pada artikel dibawah ini.

1. Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aedypti dewasa ukurannya lebih kecil daripada nyamuk normal Culex queinquefasciatus, mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada badan dan kaki yang mempunyai bentuk lira yang disebut lyre-form yang putih pada punggungnya (mesonatumnya). Telur Ae. aegypti dicirikan dari adanya pelana yang terbuka dan gigi sisir yang berduri di bagian lateralnya.

Jenis nyamuk ini bermetamorfosis sempurna. Nyamuk betina meletakkan telurnya di atas permukaan air, menempel pada dinding perindukannya. Rata-rata setiap bertelur, nyamuk betina meletakkan 100 butir telur. Setelah 2 hari telur menjadi larva dan setelah 4 hari pengelupasan kulit, tumbuh menjadi pupa dan akhirnya jadi dewasa. Pertumbuhan dari telur sampai menjadi dewasa berlangsung dalam waktu kira-kira 9 hari.

Habitat alami jenis nyamuk ini berada di sekitar rumah penduduk pada tempat-tempat yang berisi air jenis seperti pada bak mandi, jambangan bunga, kaleng, botol, ban mobil yang terdapat di halaman rumah dan dapat pula pada kelopak daun pisang dan tempurung kelapa yang berisi air hujan. Seringkali ditemukan larva Aedes aegypti dan Ae. albopictus yang hidup secara bersama-sama.

Nyamuk yang menghisap darah adalah nyamuk betina pada pagi dan siang hari jam 8-12 dan sebelum matahari terbenam jam 15-18, baik di dalam maupun di luar rumah. Tempat istirahat dari nyamuk ini adalah semak-semak atau tanaman rendah seperti rerumputan yang terdapat di pekarangan rumah, juga dapat pada pakaian yang tergantung di dalam rumah, seperti sarung, kopiah, baju dan lain sebagainya. Umur nyamuk betina di alam bebas kira-kira 10 hari, sedang di laboratorium dapat mencapai umur 2 bulan. Ae. aegypti umumnya jarak terbangnya hanya 40 m, walau ada juga yang mampu terbang sampai 2 km.

Ae. aegypti tersebar luas di seluruh provinsi di Indonesia, sering ditemukan di daerah perkotaan yang ramai penduduknya, tetapi dapat juga di daerah pedesaan yang diduga karena larva dari nyamuk ini terbawa melalui transportasi.

2. Nyamuk Aedes albopictus

Nyamuk Aedes albopictus merupakan kerabat dekat dari Ae. aegypti, ia dikenal sebagai nyamuk hutan. Ia biasanya dikenali dari adanya lyre yang berwarna keperakan pada thoraksnya. Selain itu terdapat gelapang putih pada kakinya dan bagian proboscisnya berwarna hitam. Ukuran nyamuk ini sekitar 2 hingga 10 mm, sedikit lebih besar dari Ae. aegypti. Nyamuk dewasa lebih suka berada di luar rumah, khususnya pada daerah yang masih banyak pohonnya.

Spesies ini dibedakan dari kerabat dekatnya tersebut di bagian mesonotumnya (punggung) dimana Ae. aegypti punggungnya berbentuk garis dengan dua garis lengkung dan dua garis lurus, sedangkan Ae. albopictus hanya mempunyai satu strip berwarna putih pada punggungnya. Selain itu, ada juga perbedaan di bagian anterior kaki mereka. Anterior kaki Ae. aegypti ada strip putih memanjang sedangkan pada Ae. albopictus tidak.

Bentuk larva dan pupa kedua jenis nyamuk penyebab DBD ini sama. Larvanya memiliki kepala yang besar serta thoraks dan abdomen yang terlihat dengan jelas. Larva nyamuk ini akan berada di permukaan air, karena mereka mengambil oksigen dari udara. Larva memakan mikroorganisme yang ada di dalam air. Saat fase larva ini terjadi pergantian kulit sebanyak empat kali, barulah kemudian larva akan berubah menjadi pupa.

Walaupun sering ditemukan larvaanya bersamaan dengan larva Ae. aegypti, tapi nyamuk ini lebih menyenangi tempat berkembang biak yang bersifat alami, seperti kelopak daun, tempurung kelapa yang menganung air hujan ataupun pada rongga di batang pohon. Nyamuk ini memiliki jarang terbang yang pendek yaitu sekitar 200 meter sehingga tempat berkembang biaknya berada di dekat tempat nyamuk ini tinggal.

Pengendalian Nyamuk Penyebab DBD

Salah satu cara pegendalian penyakit demam berdarah adalah dengan cara mengendalikan populasi nyamuk yang menjadi vektor penyakit ini. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengendalikan populasi nyamuk penyebab DBD ini diantaranya adalah :

  1. Perlindungan terhadap gigitan nyamuk dengan memasang kawat kasa pada jendela dan lubang angin atau memakai kelambu.
  2. Membuang segala benda yang dapat menampung air hujan yang memungkinkan dijadikan tembak berkembang biak nyamuk.
  3. Mengganti air atau membersihkan tempat-tempat yang mengandung air secara teratur tiap minggu.
  4. Pemberian abate ke dalam tempat penampungan air bersih.
  5. Melakukan “fogging” dengan malathion pada daerah yang terkena wabah DBD setidak-tidaknya 2 kali dengan jarak waktu 10 hari.
  6. Pendidikan kesehatan masyarakat melalui penyuluhan untuk memusnahkan tempat berkembang biak nyamuk yang ada di sekitar rumah.
  7. Pemanfaatan musuh alami nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD sehingga dapat mengendalikan populasinya, seperti penggunaan bakteri parasit yang menyebabkan nyamuk menjadi mandul.