Mengkudu (Morinda citrifolia)

morfologi buah mengkuduMengkudu merupakan tanaman yang telah dikenal manusia sejak ribuan tahun silam, terbukti tanaman ini tumbuh di semua benua di dunia. Diduga tanaman yang memiliki nama latin Morinda citrifolia ini berasal dari Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sekitar 60% dari 80 spesies mengkudu yang ada di dunia dapat ditemukan di Indonesia.

Sejarah

Di Indonesia, tanaman mengkudu sudah mulai dibudidayakan sejak lama oleh nenek moyang kita. Daerah Sudimara (Jakarta) dilaporkan telah menjadi salah satu pusat budidaya mengkudu di pulau Jawa pada tahun 1910. Usaha budidaya mengkudu ini dilakukan secara teratur di tanah-tanah tegalan yang sebelumnya dibajak terlebih dahulu untuk mendapatkan kulit akarnya. Hal ini disebabkan kulit akar dari mengkudu ini dapat dimanfaatkan sebagai zat pewarna dalam industri kain tenun dan batik.

Disamping kulit akarnya, hampir semua bagian tanaman ini, terutama buahnya, mengandung berbagai zat berkhasiat obat yang telah dimanfaatkan sejak lama. Bukti pemanfaatan mengkudu pada masa lampau dapat dilihat dengan masih ditemukannya tanaman mengkudu yang tumbuh di musem koleksi tanaman di keraton-keraton kerajaan. Di Keraton Surakarta Hadiningrat misalnya, masih dapat dijumpai adanya pohon mengkudu yang tumbuh dan diperkirakan sudah berumur lebih dari 100 tahun.

Klasifikasi Mengkudu

Mengkudu merupakan tanaman perdu tahunan dengan ketinggian antara 3-8 m. Dalam sistematika atau taksonomi tumbuhan, klasifikasi mengkudu adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophuta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophuta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua, dikotil)
Subkelas : ASteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae (suku kopi-kopian)
Genus : Morinda
Spesies : Morinda citrifolia

Tanaman ini termasuk ke dalam famili kopi-kopian (Rubiaceae) yang memiliki sekitar 80 spesies taaman. Termasuk ke dalam famili ini diantaranya kopi dan kina. Pembungaan dan pembuahan mengkudu dimulai pada tahun ke 3 dan berlangsung terus-menerus sepanjang tahun. Umur maksimum tanaman ini sekitar 25 tahun.

Morfologi Mengkudu

Morfologi tanaman mengkudu dapat diamati pada bagian utama batang, daun, bunga, buah dan bijinya.

  1. Morfologi batang
    Pohon mengkudu tidak begitu besar, tingginya antara 4-6 meter. Batngnya bengkok-bengkok, berdahan kaku, kasar dan memiliki akar tunggang yang tertancap dalam. Kulit batang mengkudu berwarna cokelat keabu-abuan atau kekuningan, berbelah dangkal dan anak cabangnya bersegi empat. Tajuknya selalu hijau sepanjang tahun. Kayu mengkudu mudah sekali dibelah seteah dikeringkan, bisa digunakan untuk penopang tanaman lada.
  2. Morfologi Daun
    Tanaman mengkudu berdaun tebal mengkilap. Daun mengkudu terletak berhadap-hadapan. Ukuran daun besar-besar, tebal dan tunggal. Bentuknya jorong-lanset, berukuran 15-50 x 5-17 cm dengan tepi daun rata dan ujungnya lancip pendek. Pangkal daun berbentuk pasak. Urat daun menyirip. Warna hijau mengkilap dan tidak berbulu. Pangkal daun pendek, berukuran 0,5-2,5 cm. Ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segitiga lebar. Daun mengkudu dapat dimakan sebagai sayuran. Nilai gizi daun mengkudu cukup tinggi, terutama pada kandungan vitamin Anya.
  3. Morgologi Bunga
    Perbungaan mengkudu bertipe bonggol bulan, bergagang 1-4 cm. Bunga tumbuh di ketiak daun  penumpu yang berhadap-hadapan dengan daun yang tumbuh normal. Bunganya berkelamin dua. Mahkota bunga berwarna putih, berbentuk corong, panjangnya bisa mencapai 1,5 cm. Benang sari tertancap di mulut mahkota. Kepala putik berputing dua. Bunga mekar dari kelopak berbentuk seperti tandan. Bunganya berwarna putih dan harum.
  4. Morfologi Buah
    Buah tanaman mengkudu diketahui secara morfologi ada yang berbiji sedikit dan sebagian lagi berbiji banyak. Buah mengkudu yang berbiji sedikit lebih disukai orang karena lebih mudah untuk mengkonsumsinya. Bentuk dan ukuran buah mengkudu beranekaragam, ada yang berukuran besar dengan bentuk lonjong, memanjang dan membulat atau ada juga yang berukuran lebih kecil dengna bentuk lonjong atau membulat. Permukaan buah sepertit erbagi dalam sel-sel poligonal (segi banyak) yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah berwarna hjau, menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah matang, warnanya putih transparan dan lunak. Daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk piramida, berwarna cokelat kemerahan.
  5. Morfologi Biji
    Mengkudu memiliki biji yang beralbumen keras, berwarna hitam,  dan terdapat ruang udara yang tampak jelas. Bijinya memiliki daya tumbuh tinggi, walaupun telah disimpan selama 6 bulan. Perkecambahannya berlangsung sekitar 3-9 minggu setelah biji disemaikan. Pertumbuhan tanaman setelah biji tumbuh sangat cepat. Dalam waktu 6 bulan, tinggi tanaman dapat mencapai 1,2-1,5 meter.

Syarat Tumbuh

Indonesia merupakan daerah tropika basah yang sangat berpotensi untuk pengembangan aneka jenis tanaman obat-obatan, termasuk tanaman mengkudu. Sumber daya dengan ekosistem yang sangat bervariasi, antara lain ditunjukan dengan adanya variasi curah hujan dan suhu udara (temperatur). Curah hujan di Indonesia berkisar antara 500 – 5.000 mm per tahun dengan persebaran sebagai berikut :

  1. Daerah yang bercurah hujan lebih dari 3.000 mm per tahun adalah Bengkulu, Kalimantan Barat dan sekitar Bogor.
  2. Daerah yang bercurah hujan kurang dari 1.00 mm per tahun adalah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Lembah Palu.
  3. Sebagian besar daerah tropika basah Indonesia mempunyai curah hujan berkisar antara 2.000 – 3.000 mm/tahun.

Sementara itu, variasi temperatur (suhu udara) dipengaruhi oleh ketinggian tempat dengan pedoman setiap naik 199 m temperatur turun 1ºC, di permukaan laut temperatur rata-rata sekitar 28ºC. Di pegunungan yang tingginya sekitar 2.000 m dpl, temperatur rata-rata sekitar 8ºC.

Tanaman mengkudu dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh di area tropis. Tanaman ini tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah yang mempunyai ketinggian antara 0-500 m dari permukaan laut dengan suhu udara antara 22-30ºC, bahkan ia masih tumbuhdengan baik hingga suhu 32ºC, kelembapan udara (rH) antara 50-70%, curah hujan antara 2.000 – 3.000 mm/tahun dan cukup mendapat snar matahari. Meskipun demikian, tanaman mengkudu juga toleran terhadap naunga atau keadaan teduh, sehingga cocok ditanam di pekarangan.

Di Indonesia terdapat 22 jenis tanah, yang sebagian besar digunakan untuk pertanian. Tanaman mengkudu dapat beradaptasi baik terhadap berbagai jenis tanah. Namun, untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi buah yang optimal ia cocok ditanam pada tanah aluvial, latosol dan podsolik merah kuning.

Hal  penting yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis tanah adalah tanahnya subur, banyak mengandung humus atau bahan organik, aerasi dan drainase baik serta mempunyai pH 5,5-6,5. Pada umumnya tanah pertanian di Indonesia cenderung ber-pH rendah (masam), hal tersebut ada kaitannya dengan penggunaan pupuk kimia yang dapat meningkatkan kadar keasaman tanah. Sehingga untuk menetralisir hal tersebut, perlu dilakukan pengapuran. Banyaknya kapur setiap hektar lahan tergantung pada jenis dan struktur tanah, berkisar antara 0,6 – 4,3 ton/hektar. Jenis kapur yang diberikan ada banyak pilihan diantaranya kalsit, zeolit, CaCO3 dan lain lain. Pengapuran dilakukan pada waktu pengolahan tanah atau membuat lubang tanam. Caranya dengan menaburkan kapur secara merata pada permukaan tanah, kemudian dicampur sambil dibalikkan bersama lapisan tanah atas (top soil). Sesuai pemberian kapur sebaiknya langsung tanahnya dibasahi, terutama bila tidak hujan.

Cara Berkembang Biak Mengkudu

Secara alami, tanaman mengkudu berkembang biak dengan cara generatif (biji). Buah yang matang di pohon biasanya jatuh dan membusuk, kemudian bijinya bertebaran di sekitar pohon. Biji-biji mengkudu akan berkecambah menjadi tanaman baru sebagai turunan generatif. Meskipun demikian, di lapangan ditemukan pula jenis mengkudu yang tanpa biji. Tanaman yang tanpa biji ini berkembang biak dengan cara vegetatif.

Perkembangbiakan mengkudu secara vegetatif ini harus dibantu oleh manusia. Caranya dengan cara menjangkok organ vegetatif tanaman yaitu batang dan cabang. Perbanyakan tanaman dengan cara cangkok perlu memperhatikan persyaratan cabang dab tata laksana pencangkokan. Cabang yang akan dicangkok sebaiknya dipilih dari tanaman yang tumbuh sehat, produktif berbuah, ukuran cabangnya sebesar ibu jari tangan an cabang posisinya tegak atau miring ke atas, serta umur cabang tersebut cukup tua (1 tahun).