Masa Kejayaan Kerajaan Kalingga

masa kejayaan Kerajaan Kalingga

Masa kejayaan Kerajaan Kalingga terjadi pada saat pemerintahan Ratu Shima yang berlangsung di tahun 674 hingga 695 Masehi. Di masa ini pulalah banyak peninggalan sejarah Kerajaan Kalingga dihasilkan.

Ratu Shima Pembawa Kejayaan Kerajaan Kalingga

Ratu Shima merupakan putri Hyang Syailendra (Putra Santanu, Raja Sriwijaya) yang lahir di sekitar Musi banyuasin pada tahun 611. Ratu Shima kemudian menikah dengan Raja Kalingga yang bernama Kartikeyasingha.

Pada tahun 675 M Kartikeyasingha meninggal, Ratu Shima kemudian diangkat menjadi pemimpin Kerajaan Kalingga  bergelar Sri Maharani Mahissasuramardini Satyaputikeswara. Dari perkawinannya dengan Kartikeyasingha, Ratu Shima memiliki dua orang anak, yakni Parwati dan Narayana (Iswara).

Kelak, Parwati akan menikah dengan Jalantara atau Rahyang Mandiminyak (putra mahkota Kerajaan Galuh). Perkawinannya dengan Jalantara menghasilkan putra bernama Sannaha dan bratasenawa (Sanna). Sannaha melahirkan putra bernama Rakai Mataram Sanjaya, pendiri kerajaan Mataram.

Semasa pemerintahan Ratu Shima, Kerajaan Kalingga mencapai masa kejayaan. Di masa itu, Kalingga menjalin persahabatan dengan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Galuh. Jalinan persahabatan dari ketiga kerajaan tersebut dikenal dengan sebutan Mitra Pasamayan. Hal ini yang melandasi ketiga kerajaan tersebut untuk tidak saling menyerang dan akan saling memberikan bantuan apabila salah satunya diserang.

Selain berhasil menjalin persahabatan dengan Kerajaan Sriwijaya dan Galuh, Ratu Shima juga berhasil mengembangkan kebudayaan, agama, sistem irigasi Subak dan pertanian (bercocok tanam). Tidak terlupakan juga, bahwa Ratu Shima memerintah kerajaan tersebut dengan hukum yang adil. Keadilan yang diterapkan olehnya membuat pemerintahan Kalingga di masa itu di cintai rakyatnya dan disegani kerajaan lain di mancanegara.

Penyebab Kalingga Mencapai Masa Kejayaan

Kalingga mengalami masa kejayaan pada pemerintahan Ratu Shima dikarenakan diterapkannya pemerintahan yang adil pada masa itu. Ratu Shima memerintah secara arif dan bicaksana sehingga eksistensinya sebagai seorang pemimpin perempuan tidak dipandang sebelah mata.

Dari berbagai literatur sejarah disebutkan bahwa Ratu Shima menerapkan kearifan dalam memerintah Kalingga berdasarkan filsafat kepemimpinan Jawa, yakni :

Pertama, memberikan anugerah berupa kampung perdikan kepada orang-orang Upit yang berjasa pada negara. Dengan demikian, Ratu Shima memposisikan dirinya sebagai raja yang bersifat amilata. Sifat amilata artinya seorang raja yang selalu memberikan anugerah kepada rakyat yang telah berjasa kepada negara.

Kedua, Ratu Shima mengeratkan persahabatan antara Kalingga dengan Sriwijaya dan Galuh. Ini dimaksudkan, agar hubungan antara Kalingga dengan kedua kerajaan tersebut tidak mengalami persengkataan dan peperangan. Kebijakan ini menunjukkan sebagai pemimpin Kalingga, Ratu Shima menerapkan filsafat kepemimpinan “Smara bhumi adi manggala” yang artinya menjalin persahabatan dengan negara lain demi perdamaian di dalam negeri.

Selain itu, Ratu Shima memposisikan diri sebagai pemimpin yang bersifat estri, yaitu pandai berdiplomasi serta mampu mengalahkan negara lain tanpa kekerasan. Pengertian lain, mampu berunding untuk mewujudkan jalinan persahabatan dan perdamaian dengan negara lain.

Penyebab ketiga Kerajaan Kalingga mencapai masa kejayaan adalah karena Ratu Shima mengembangkan agama dan kebudayaan. Dari sini dapat ditangkap bahwa Ratu Shima menerapkan filsafat kepemimpinan “Sripandayasih krani, Gaugana hasta dan Sitanggana cita” yang menciptakan peradaban bagi rakyatnya melalui jalur agama dan kebudayaan.

Keempat, mengembangkan sistem irigasi yang membuat pertanian di kala itu mencapai kesuksesan. Melalui kebijakan ini dapat disebutkan bahwa ia menerapkan filsafat kepemimpinan Rukti setya garba rukmi, “Mulat laku jantraning surya dan murakabi”. Dimana sebagai seorang pemimpin, Ratu Shima wajib menumbuh kembangkan daya hidup seluruh rakyat di dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negaranya.

Kelima, Ratu Shima senantiasa adil dalam perkara hukum. Bagi siapa saja yang bersalah, tidak terbatas rakyat jelata, sungguhpun punggawa, keluarga kerajaan dan bahkan putranya sendiri pun tetap mendapatkan hukuman setimpal. Dari sikap adil dalam bidang hukum tersebut, ia dikenal sebagai pemimpin yang bersifat “mituhu”. Mituhu dapat diartikan bahwa Ratu Shima senantiasa menjunjung tinggi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di negerinya.

Dari kebijakan-kebijakan yang diambilnya, akhirnya Kerajaan Kalingga mencapai masa kejayaan dibawah kepemimpinan Ratu Shima. Hal ini dapat dibuktikan dari peninggalan Kerajaan Kalingga yang dihasilkan pada masa kepemimpinannya.

Runtuhnya Kalingga Seusai Ratu Shima

Walaupun Kerajaan Kalingga mengalami masa kejayaan pada masa Kepemimpinan Ratu Shima, setelah ia wafat ternyata kerajaan ini mengalami keruntuhan. Ada dua hal utama yang menyebabkan runtuhnya kerajaan ini, pertama adalah perpecahan yang terjadi di antara dua anak Ratu Shima yang menyebabkan Kalingga terbelah menjadi dua. Kalingga bagian selatan dikuasai oleh Narayana, sedangkan Kalingga bagian selatan di kuasai oleh Parwati.

Adanya perpecahan ini tentunya melemahkan kerajaan tersebut baik secara militer dan ekonomi. Kerajaan Sriwijaya yang melihat melemahnya Kalingga sesuai Ratu Shima wafat akhirnya mengkhianati perjanjian Mitra Pasamayan. Sriwijaya kemudian menyerang Kalingga yang akhirnya membuat kerajaan ini runtuh.