Kepiting merupakan salah satu jenis binatang yang disukai manusia untuk dikonsumsi. Salah satu ciri-cirinya adalah memiki sepuluh kaki, dengan sepasang kaki depannya termodifikasi menjadi capit. Kepiting dapat ditemukan di seluruh perairan, baik itu perairan laut ataupun air tawar. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai jenis kepiting yang berada di air laut dan darat yang ditemukan di Indonesia.
Table of Contents
Jenis Kepiting Air Laut
Indonesia merupakan negara dengan laut yang sangat luas, bahkan luas lautan negara ini jauh lebih besar dari daratannya. Oleh sebab itu, menjadi wajar jika di negara kita ini ditemukan banyak jenis kepiting air laut.
Kepiting yang hidup di laut dikenal memiliki rasa yang lebih enak daripada yang ada di darat. Karena banyak yang menyukai hewan ini, harganya menjadi cukup mahal. Oleh sebab itu, budidaya kepiting laut telah banyak dilakukan di Indonesia. Berikut ini adalah beberapa jenis kepiting air laut yang dapat ditemukan di Indonesia :
Kepiting Bakau
Jenis kepiting ini nama latinnya adalah Scylla sp, ia banyak ditemukan diperairan pantai yang berada di dekat hutan bakau. Kepiting bakau sendiri sebenarnya terdiri dari 4 spesies yaitu Scylla olivacea (kepiting bakau jingga), Scylla paramamosain (kepiting bakau hijau), Scylla serrata (kepiting bakau besar) dan Scylla tranqeubarica (kepiting bakau ungu).
Keempat spesies ini memiliki bentuk morfologi yang hampir sama. Karapasnya berbentuk bulat telur dengan perbanding panjang dan lebarnya adalah 0,66-0,77 : 1. Permukaan karapasnya halus dan agak sedikit mengembung di bagian tengahnya. Pada bagian depannya terdapat rigi atas mata yang memisahkan kedua mata yang dimiliki kepiting bakau.
Seperti jenis kepiting pada umumnya, kepiting bakau memiliki 5 pasang kaki. Sepasang kaki depannya termodifikasi menjadi capit sedangkan sepasang kaki belakangnya termodifikasi menjadi kaki renang. Tiga pasang kakinya yang berada di tengah digunakan oleh hewan ini untuk berjalan.
Pada kepiting jantan, capit yang dimilikinya panjangnya dapat mencapai dua kali lipat tubuhnya, sedangkan kepiting betina memiliki capit yang panjangnya lebih pendek dari ukuran tubuhnya. Dari panjang capit inilah yang biasanya digunakan sebagai pembeda antara jantan dan betina. Selain dilihat dari capitnya, bagian bawah abdomen pejantan bentuknya meruncing sedangkan pada betina bagian bawah abdomennya melebar.
Di lingkungan yang sesuai, kepiting bakau dapat hidup hingga 4 tahun. Ketika ia berumur 12-14 bulan, biasanya kepiting ini telah mulai dapat berkembang biak. Dalam sekali bereproduksi, seorang induk betina dapat menghasilkan hingga jutaan telur. Walau begitu, biasanya tidak sampai 1 persen yang bisa tumbuh hingga menjadi kepiting dewasa. Hal itu dikarenakan pengaruh faktor lingkungan dan banyaknya predator yang memangsanya.
Ranjungan Karang
Jenis kepiting yang memiliki nama latin Charybdis feriata ini banyak dikonsumsi oleh manusia. Habitat hidupnya berada di dasar laut dengan kedalaman antara 30-60 meter dibawah permukaan laut. Mereka biasanya hidup berdiam diri di bawah pasir, baru ketika ada mangsa yang mendekat ia akan menangkapnya menggunakan capit yang dimilikinya. Persebaran spesies kepiting ini cukup luas, ia dapat ditemukan di lautan di pantai timur benua Afrika hingga perairan jepang dan Australia.
Tubuh ranjungan karang berukuran sedang, dengan lebar tubuh sekitar 20 cm. Karapasnya berwarna oranye dengan permukaan yang licin. Ia memiliki enam buah gigi di mulutnya, gigi median lebih panjang daripada gigi submediannya. Dari enam gigi yang dimilikinya tersebut, gigi pertama berukuran paling lebar dengan ujung tumpul, gigi keduanya berukuran nomer 2 terlebar dengan ujung lancip dan gigi-gigi lainnya berukuran sama besar. Pada bagian atas karapasnya terdapat corak garis berwarna kecokelatan, sedangkan bagian lainnya berwarna orange muda. Di bagian kaki dan capitnya terlihat adanya bintik-bintik putih.
Ranjungan Hijau
Jenis kepiting yang bernama latin Thalamita crenata ini biasanya ditemukan di perairan laut dangkat dekat pantai. Ia banyak ditemukan di wilayah pesisir Samudra Pasifik bagian barat dan Samudra Hindia. Karena ranjungan hijau sering ditemukan di perairan dekat hutan mangrove, orang barat menyebutnya dengan sebutan mangrove swimming crab.
Ranjungan hicau memiliki ukuran tubuh yang kecil dengan lebar maksimal hanya 8 cm. Oleh karena itu, jenis kepiting ini biasanya tidak dikonsumsi oleh manusia. Bagian permukaan karapasnya halus dan disini terlihat adanya sedikit rambut. Gigi yang ada di karapasnya tipis namun terlihat dengan jelas. Ia memiliki 6 gigi yang berada di bagian depan tubuhnya, terkadang hanya ditemukan 4 gigi saja karena ada gigi yang menyatu. Sepasang gigi di bagian tengah yang dimilikinya memiliki ukuran lebih lebar daripada yang lainnya.
Jenis Kepiting Air Tawar
Kepiting air tawar biasanya jarang dikonsumsi oleh manusia, kebanyakan justru berperan sebagai hama di lahan pertanian. Di Indonesia sendiri ada 4 jenis kepiting air tawar yang sering ditemukan disekitar kita. Berikut ini akan saya jelaskan secara singkat mengenai keempatnya.
Kepiting Berbintil
Jenis kepiting yang bernama latin Malayopotamon granulatum ini dikenal dari karapas tubuhnya yang dipenuhi dengan bintil-bintil di bagian depannya. Bintil-bintil ini juga ditemukan menjalar hingga ke bagian capitnya. karapas tubuhnya berwarna cokelat keunguan, sedangkan bagian lainnya berwarna ungu cerah sampai ungu tua. Sepasang kaki depannya termodifikasi menjadi capit yang ukurannya tidak sama besar tetapi serupa. Panjang karapas tubuhnya dapat mencapai 5 cm dan lebarnya 6 cm. Kepiting berbintil yang jantan umumnya berukuran lebih besar dengan jumlah bintil yang lebih banyak.
Kepiting berbintil ini hanya terdapat di daerah pegunungan Jawa Barat, yaitu pada ketinggian 1.000 hingga 2.000 m dpl. Tempat-tempat yang disukainya ialah yang berdekatan dengan air, misalnya sekitar selokan, sawah dan di dekat sungai. Umumnya kepiting ini membuat liang pada tanggul-tanggul selokan yang berbatasan dengan sawah dan daerah pertanian lainnya. Oleh karena kebiasannya itu, seringkali tanggul-tanggul tersebut menjadi rusak atau bocor.
Kepiting ini memiliki peranan sebagai hama pertanian, ia memakan segala macam tanaman dan hewan termasuk padi dan tanaman pertanian lainnya. Walau begitu kerusakan yang ditimbulkan sebenarnya tidak terlalu parah sehingga biasanya tidak diberantas oleh petani.
Kepiting Mahakam
Sesuai dengan namanya, jenis kepiting ini banyak ditemukan di sekitar sungai Mahakan. Hewan yang bernama latin Isolapotamon mahakkamense ini hidupnya hanya terbatas di darah aliran sungai mahakam saja. Dengan demikian hidupnya hanya terbatas pada ketinggian sekitar 500 m dpl saja, atau di daerah hulu sungai. karapas tubuh bagian depan kepiting mahakam melebar ke samping membentuk sepertiga lingkaran, dilengkapi dengan bintil-bintil yang memasir. Capitnya besar dan kuat dengan jari-jari capit beralur. Capit yang kanan umumnya lebih besar daripada capit sebelah kiri. Karena ukurannya yang cukup besar, kepiting mahakam sering dimanfaatkan sebagai makanan ternak, misalnya untuk itik, ayam dan jenis unggas lainnya.
Kepiting mahakam hidup berkelompok di sekitar sungai mahakam. Ia memiliki kebiasaan untuk menggali liang sebagai tempat persembunyiannya. Karena tabiatnya menggali liang pada tepian sungai ini dapat menimbulkan kerusakan pematang sawah atau tanggul yang membatasi aliran sungai yang masuk ke sawah. Musuh alami kepiting mahakam ialah ular, biawak, katak dan tikus, keempatnya menjadi predator hewan ini.
Seperti hewan arthropoda lainnya, dalam waktu tertentu kepiting mahakam akan mengalami pergantian kulit (molting). Ketika kulit yang baru masih lunak, yaitu hingga sehari sesudah berganti kulit, kepiting mahakam tidak memiliki daya perlawanan terhadap predatornya biarpun ukuran predatornya jauh lebih kecil.
Kepiting Sawah
Menurut pengamatan yang dilakukan ahli biologi alumni UGM, Adi Nugroho, terdapat sekitar enam spesies kepiting sawah yang ada di Pulau Jawa. Di antara keenam spesies tersebut, spesies Parathelphusa convexa yang paling banyak ditemukan. Jenis kepiting sawah ini mempunyai karapas tubuh yang melengkung sehingga tebal badannya sama dengan setengah lebar karapas tubuhnya. Lebar karapas Parathelphusa convexa sendiri sekitar 40 mm. Pada masing-masing sisi karapas tubuhnya terdapat tiga buah duri.
Disamping P. convesa, banyak juga ditemukan spesies P. bogorensis, yang karapas tubuhnya lebih mendatar dan tubuhnya lebih memipih. Lebar karapas tubuhnya mencapai 55 mm dan masing-masing sisinya juga dilengkapi tiga buah duri. Ada juga spesies Perbrinckia kuhli, yang mempunyai sisi karapas tubuh polos tanpa duri. Ukuran P. kuhli ebih kecil dengan lebar karapas tubuh pada umumnya sekitar 30 mm. Warna ketika jenis kepiting sawah tersebut pada dasarnya cokelat, tetapi tua dan mudanya bervariasi tergantung pada umur, tempat hidup dan tenggang dari pergantian kulit.
Ketiga jenis kepiting ini sudah dikenal sebagai hama pertanian, baik di dataran rendah maupun tinggi. Padi yang masih muda banyak yang dirusak olehnya, terutama di daerah dekat pantai utara Jawa. Di samping merusak padi, kepiting sawah juga merusak galangan sawah dan saluran irigasi karena kebiasaannya menggali lubang sebagai sarangnya. Pernah dilaporkan bahwa P. kuhli di daerah banyumas pada tahun 1910 merusak tanaman tembakau yang masih muda secara besar-besaran. Tanaman lain seperti tebu serta palawija yang masih muda juga sering dirusak olehnya.
Kepiting Sungai
Kepiting yang bernama latin Parathelphsa tridentata ini, umumnya berwarna cokelat tua. Ia memiliki tubuh yang tebalnya sekitar sepertiga dari lebar tubuhnya. Pada masing-masing sisi karapas terdapat tiga duri dan pada bagian depan terdapat batas yang melintang. Pasangan kaki pertama bercapit kuat, ujung pasangan kaki lainnya berduri.
Jenis kepiting ini pada dasarnya hidup di sungai, selokan, kolam dan sawah. Kebiasaan hidupnya ialah menggali lubang di tanggul-tanggul sawah, kolam dan sungai. Sering juga kepiting sungai dijumpai di bawah batu di sungai dengan aliran yang deras. Habitat yang disukai ialah daerah aliran sungai mulai dari hilir sampai ke hulu sungai dan mempunyai toleransi yang besar terhadap berbagai keadaan lingkungan. Kepiting ini tersebar di Sumatera serta pulau-pulau di sekitarnya.
Perkembangan kepiting sungai ini berbeda dari jenis kepiting yang biasa ditemui di laut. Setelah melakukan perkawinan, telur yang dikeluarkan disimpan di antara lipatan perut dan dada untuk dierami. Anak yang keluar dari telur langsung berbentuk serupa induknya, tanpa melwati pergantian bentuk seperti kepiting umumnya. Anak-anak kepiting tersebut tetap tinggal di lipatan perut sampai cukup dewasa dan kuat untuk mencari makan sendiri.
Kepiting sungai ini dikenal sebagai hama tanaman pertaian, terutama tanaman padi di dataran rendah. Tanaman padi yang masih muda (berumur kurang dari sebulan) sering dirusak oleh kepiting ini dengan cara memotong pangkal batangnya. Pernah dilaporkan bahwa kepiting sungai merusak tanaman padi yang masih muda sampai 30% dari persawahan seluas 350 ha.