Diseluruh dunia ada sekitar 2.000 jenis kalajengking yang telah teridentifikasi. Habitatnya tersebar hampir di seluruh dunia, hanya di Selandia Baru dan Antartika sajalah hewan ini tidak ditemukan. Kalajengking digunakan untuk menyebutkan hewan yang termasuk ke dalam ordo Scorpiones. Ordo ini merupakan anggota dari kelas Arachnida, beberapa hewan lain yang juga masuk ke dalam kelas ini diantaranya laba-laba, tungau, caplak dan ketonggeng.
Ciri-Ciri Kalajengking
Seperti anggota filum Arthropoda lainnya, tubuh kalajengking terdiri dari segmen-segmen. Segmen ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Cephalothoraks dan Abdomen. bagian abdomennya dapat dikelompokkan lagi menjadi dua yaitu mesosoma dan metasoma.
Beberapa Ciri-Ciri Kalajengking lainnya diantaranya adalah sebagai berikut :
- Memiliki kaki berjumlah 8 (oktopoda), sepasang kaki bagian depannya telah termodifikasi menjadi sepasang capir.
- Memiiki ekor yang di bagian ujungnya terdapat sengat (acules), dari ekornya ini kalajengking akan menginjeksikan racun kepada mangsa ataupun musuhnya.
- Tubuhnya memanjang dan simetris lateral.
- Semua jenis kalajengking memiliki racun pada sengatannya, mayoritas racun ini berjenis neurotoksin (racun saraf). Hanya spesies Hemiscorpius lepturus yang racunnya berjenis sitotoksik (racun sel).
Jenis Kalajengking di Indonesia
Keberadaan kalajengking di Indonesia memang tidak terlalu banyak ditemukan. Apalagi, kebanyakan spesies kalajengking yang ada di negeri kita tidak memiliki racun yang mematikan. Oleh karena itu kasus kematian yang diakibat serangan hewan ini jarang di dengar oleh kita.
Walau begitu, bukan berarti kita bisa abai terhadap kehadirannya. Kita perlu mengetahui apa saja jenis kalajengking yang hidup di sekitar kita. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini saya akan menuliskan beberapa jenis kalajengking yang ada di Indonesia.
1. Black Hair Scorpion
Black haris scorpion termasuk ke dalam kategori kalajengking yang berukuran besar, panjang tubuhnya dapat mencapai sekitar 15 cm. Hewan ini membutuhkan temperatur yang tinggi untuk kelangsungan hidupnya, yaitu sekitar 30º – 35º C pada siang hari. Oleh karena itu, biasanya ia hanya ditemukan pada daerah yang beriklim tropis.
2. Kalajengking Kayu
Pada umumnya, hewan yang bernama latin Cercophonius squama ini hidup di darat, khususnya di daerah hutan. Ia dapat ditemukan di Australia, Selandia Baru, Tansmania dan Indonesia (Papua). Hewan ini memakan serangga kecil dan hewan lain yang ukuran tubuhnya lebih kecil darinya.
Prooses perkembangbiakan kalajengking kayu dimulai sebelum musim dingin dan indukan betina akan melahirkan (vivipar) selama musim panas. Induk betina biasanya akan melahirkan sebanyak 20 – 30 ekor bayi dalam beberapa jam. Bayi yang baru lahir ini berwarna putih dan memiliki tubuh yang lembut saat dilahirkan. Setelah itu, rangka luarnya akan terbentuk setelah 2 minggu. Induk betina terkadang akan memakan anak-anaknya secara selektif, namun keanehan perilaku ini belum diketahui penyebabnya.
3. Leiurus quinquestriatus
Hewan ini hidup di daerah gurun dan semak belukar. Persebaran kalajengking ini sangat luas, ia dapat ditemukan di Asia dan Afrika. Pada umumnya, ia merupakan insektivora. Biasanya Leiurus quinquestriatus ini memakan berbagai jenis serangga yang ada di habitatnya.
4. Chaerilus celebensis
Karena ukurannya yang kecil itu, banyak penjelajah hutan yang tidak sadar akan kehadiran hewan ini saat masuk ke tas perbekalannya. Nah, begitu dia membuka tasnya secara tidak sengaja akan menyentuh kalajengking ini dan mengakibatkannya akan memberikan sengatan. Tetapi tenang, hewan ini tidak memiliki racun sengat yang bisa membahayakan manusia. Bagi yang tersengatnya biasanya akan mengalami pembengkakan pada kulitnya yang akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu sekitar seminggu.
5. Kalajengking Hutan Asia
Kalajengking hutan asia memiliki ukura tubuh yang cukup besar, panjang tubuhnya dapat mencapai 12 cm. Seluruh tubuhnya berwana hitam mengkilap dengan eksoskeleton yang keras. Ia memiliki capit yang berukuran besar, capitnya ini besarnya 1/3 dari ukuran tubuhnya. Besarnya capit ini sebagai salah satu bentuk adaptasi karena tidak memiliki racun yang bisa melumpuhkan lawannya. Hewan ini biasanya memburu serangga, burung kecil ataupun reptil pada malam hari.