Pithecanthropus Mojokertensis

Pithecanthropus mojokertensis merupakan manusia purba yang ditemukan di Mojokerto. Secara bahasa, nama manusia purba ini berasal dari Bahasa Yunani yang bermakna Pithecanthropus (manusia kera) dan mojokertensis (Mojokerto) yang secara keseluruhan artinya adalah manusia kera dari Mojokerto.

Penemuan manusia purba Pithecanthropus di Indonesia terbagi ke dalam tiga jenis, yakni Pithecanthropus mojokertensis, Pithecanthropus erectus,dan Pithecanthropus soloensis. Nah, Pithecanthropus mojokertensis ini diyakini merupakan jenis yang paling tua diantara lainnya.

Beberapa ahli sejarah memiliki sebutan lain terhadap jenis manusia purba ini, yaitu Pithecanthropus robustus yang berarti manusia kera yang kuat. Hal ini dibuktikan dengan ukuran tulang yang tebal dan alat pengunyah yang sangat kuat.

Gambar

Sebenarnya, kalian dapat melihat secara jelas gambar dan patung dari Pithecanthropus mojokertensis di Museum Sangiran yang berisi berbagai macam koleksi manusia purba di Indonesia. Namun bila tidak ada waktu, berikut kami berikan beberapa referensi gambarnya untuk kalian:

Pithecanthropus mojokertensis Gambar disebelah kiri merupakan tengkorak Pithecanthropus mojokertensis yang ditemukan tanpa rahang bawah dan tanpa gigi yang utuh. Para peneliti mendemonstrasikan ulang untuk melihat secara jelas seperti apa wajahnya dan kalian bisa melihatnya di bagian kanan.

Dari gambar tengkorak di atas dapat kita lihat dengan jelas bahwa Pithecanthropus mojokertensis memiliki tulang pipi dan sistem pengunyah yang kuat. Diperkirakan manusia jenis ini memakan daging dan tumbuhan secara langsung dan mentah-mentah.

gambar tengkorakGambar yang kedua ini merupakan fosil tengkorak atas dari seorang anak / remaja purba Pithecanthropus mojokertensis. Disebut juga sebagai Mojo Child atau Mojokerto 1 yang ditemukan oleh Andojo dan Ralph von Koenigswald.

Penemuan fosil satu ini merupakan yang paling kontroversial dari sekian banyak penemuan lainnya. Para ahli pun banyak yang berdebat tentang keaslian penemuan ini baik dari sejarah, lokasi, maupun jenis manusia purba yang sesuai. Bahkan, von Koenigswald sendiri tidak setuju jika fosil tersebut diklasifikan sebagai Pithecanthropus karena ciri-cirinya mirip dengan Homo erectus.

Penemuan Pithecanthropus Mojokertensis

Awalnya, fosil tengkorak atas Pithecanthropus mojokertensis ditemukan oleh Andojo (Tjokro Handoko) pada tahun 1936 di Kepuhklagen, Mojokerto, Jawa Timur. Saat itu, Andojo berprofesi sebagai juru penggalian fosil di pegunungan Kendeng Jawa Timur.

Ia bekerja di bawah pimpinan Ralph von Koenigswald yang merupakan seorang Paleontologist terkenal. Saat Andojo menemukannya, ia mengira bahwa tengkorak tersebut merupakan tengkorak orangutan. Lalu ia membawanya ke von Koenigswald dan ia mengenali bahwa tengkorak tersebut merupakan tengkorak manusia purba.

Karena ditemukan di Mojokerto, ia menamainya sebagai fosil Pithecanthropus mojokertensis. Kata Pithecanthropus sendiri merupakan nama yang dibuat oleh Eugene Dubois yang menemukan Pithecanthropus erectus pada tahun 1890 an yang mengacu pada arti manusia kera.

Namun, setelah diidentifikasi berkali-kali hasil yang ditujukan adalah bahwa Pithecanthropus mojokertensis memiliki ciri-ciri layaknya manusia, bukan kera sehingga ia mengubah namanya menjadi Homo mojokertensis.

Lalu ditemukan juga 2 katalog fosil yang dinamai sebagai Mojokerto 1 dan Perning 1. Perning sendiri berupa sebuah desa kecil yang terletak 10 km arah timur laut dari Mojokerto. Penemuan ini memberikan penyempurnaan pada penemuan fosil sebelumnya.

Ciri-Ciri Pithecanthropus Mojokertensis

Berikut beberapa ciri-ciri yang membedakan antara manusia purba jenis Pithecanthropus mojokertensis dan lainnya:

Berbadan Tegap Lurus

Penemuan berupa tulang paha yang lurus dapat menunjukan bahwa Pithecanthropus mojokertensis berjalan dengan tegak dan tidak membungkuk layaknya kera.

Karena termasuk manusia yang dapat berjalan tegak, maka ia digolongkan sebagai Homo erectus. Bahkan penemunya sendiri yakni Von Koenigswald tidak memasukkannya ke dalam golongan Pithecanthropus karena sudah tidak berjalan layaknya kera.

Bagian Belakang Tengkorak Menonjol

Sama seperti Pithecanthropus erectus, manusia jenis ini pun memiliki tengkorak yang menonjol pada bagian belakangnya.

Hal ini membuat perbedaan yang tampak nyata antara manusia purba jenis Pithecanthropus mojokertensis dengan jenis Homo sapiens yang memiliki bagian belakang rata.

Muka Tebal dan Tampak Menonjol

Dengan tulang kening yang sangat tebal yang meluas hingga ke dahi dan pelipis membuat wajahnya tampak begitu tebal.

Bagian muka pun menonjol ke depan, terutama bagian tulang mulutnya. Karena ciri-ciri inilah Pithecanthropus mojokertensis bisa dikatakan mirip dengan kera jenis orang utan atau gibbon.

Volume Otak 650-1000 cc

Pithecanthropus mojokertensis memiliki volume otak yang hampir sama dengan Pithecanthropus jenis lainnya.

Dengan volume otak yang belum terlalu besar layaknya manusia jaman modern, bisa dipastikan bahwa ia belum terlalu cerdas. Walau begitu, manusia ini sudah mampu membuat alat-alat sederhana untuk berburu.

Tinggi Badan Berkisar antara 165-180 cm

Untuk Pithecanthropus mojokertensis dewasa, ketinggian tubuhnya dapat mencapai angka 180 cm. Yang mana hal ini tidak terlalu jauh berbeda dengan kebanyakan orang Indonesia / Jawa saat ini.

Ukuran badan yang tidak terlalu besar atau tidak terlalu kecil seperti ini membuatnya mudah untuk bertahan hidup secara nomaden atau berpindah-pindah tempat.

Itulah informasi yang dapat kami berikan seputar Pithecanthropus mojokertensis. Semoga bermanfaat!