Penyebab Kelangkaan Badak Bercula Satu

Kelangkaan badak bercula satuBadak bercula satu atau dalam nama latin disebut Rhinoceros sondaicus merupakan hewan yang saat ini terancam mengalami kepunahan. Oleh sebab itu mempelajari faktor yang menjadi penyebab kelangkaan badak bercula satu ini penting untuk dilakukan. Diharapkan dengan mengetahui faktor tersebut, upaya mengantisipasinya dapat dilakukan.

Populasi Badak Bercula Satu

Saat ini status hewan ini sudah sangat kritis yang menjadikanya sebagai mamalia terlangka di bumi. Populasi hewan ini di habitat alaminya Taman Nasional Ujung Kulon diperkirakan tinggal 50-60 ekor saja. Selain di ujung kulon, badak bercula satu secara alami hanya ada di Taman nasional Cat Tien, itupun populasinya sudah kurang dari delapan ekor.

Padahal awalnya persebaran spesies ini cukup luas, ia dapat ditemukan di India, Tiongkok dan beberapa negara di Asia Tenggara. Saat ini hanya di Taman Nasional Ujung Kulon saja lah yang populasinya dianggap potensial untuk diselamatkan secara alami di habitat asalnya. Selain itu, penangkaran secara buatan menjadi opsi lain yang memungkinkan untuk mempertahankan populasi hewan ini.

Walau begitu sebenarnya saat ini populasi badak di Taman Nasional Ujung Kulon justru terus menurun. Dalam periode 2011 hingga 2013, tercatat ada empat ekor badak bercula satu yang mati dan hanya satu kelahiran. Hasil tersebut tentunya tidak ideal dan bila dibiarkan populasi hewan ini di habitatnya akan terus berkurang.

Penyebab Kelangkaan Badak Bercula Satu

Sebagian besar faktor penyebab kelangkaan badak bercula satu diakibatkan oleh manusia. Perilaku perburuan terhadapnya menjadi yang paling banyak mempengaruhi populasi badak bercula satu. Selain faktor yang disebabkan oleh manusia, penyebab kelangkaan badak bercula satu lainnya berasal dari sifat hewan ini sendiri. Hewan ini sangat rentan terkena penyakit, lambat berkembang biak dan minim keragaman genetik sehingga peka terhadap perubahan kondisi lingkungan.

Berikut ini beberapa faktor penyebab kelangkaan badak bercula satu beserta penjelasannya.

Perburuan Liar

Perburuan liar menjadi penyebab paling utama mengapa populasi badak menjadi seperti sekarang. Perburuan hewan ini telah dilakukan selama ribuan tahun lamanya, bagian culanya telah dikenal sebagai salah satu obat mujarab dalam ilmu pengobatan tiongkok sehingga menyebabkan hewan ini terus diburu. Di Vietnam, kulit badak dianggap sebagai salah satu penangkal racun yang mengakibatkan banyak orang yang terus memburunya.

Walaupun badak bercula satu sudah termasuk hewan yang dilindungi di Indonesia, perdagangan cula masih berlangsung. Cula dari badak ini masih menjadi salah satu komoditas obat di negara-negara Asia Timur hingga sekarang. Menurut survey yang dilakukan di pasar gelap, negara-negara di Asia Timur seperti Korea Selatan, Cina, Jepang dan Hongkong masih mengimpor cula ini hingga sekarang. Cula badak ini dianggap sebagai obat mujarab untuk mengobati berbagai penyakit, sehingga tak heran apabila harganya mencapai 30 ribu dollar Amerika per kilogramnya.

Harga cula yang mahal tersebut membuat banyak orang nekat memburu hewan langka ini demi pundi-pundi uang. Akibatnya populasi badak bercula satu yang sudah kritis semakin terancam. Indonesia sebagai sebuah negara yang masih memiliki populasi hewan langka ini secara alami tentu menjadi incaran banyak pemburu liar. Oleh karena itu mencegah perburuan liar terjadi wilayah kita menjadi suatu kewajiban kita bersama.

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya perburuan liar badak bercula satu ini diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Mengedukasi masyarakat
    Dengan cara melakukan edukasi kepada masyarakat sejak dini, tentunya akan terbenam di pikiran seluruh rakyat Indonesia bahwa melindungi badak bercula satu merupakan suatu keharusan. Dengan terbenamnya pikiran tersebut, tentunya masyarakat Indonesia tidak akan melakukan perburuan liar dan justru akan melakukan upaya optimal untuk mencegahnya.
  2. Melaporkan apabila ada gerak-gerik mencurigakan
    Apabila kita mendapati gerak gerik mencurigakan tentang seseorang atau sekelompok yang ingin melakukan perburuan terhadap badak bercula satu sebaiknya langsung dilaporkan.
  3. Membatasi ruang gerak perdagangan organ badak
    Kita sebagai masyarakat yang baik harus membatasi ruang gerak terjadinya perdagangan liar organ-organ badak. Apabila perdagangan organ ini dibatasi, tentunya para pemburu liar akan berpikir dua kali untuk melakukan perburuan karena hasil buruannya yang tidak bisa dijual.
  4. Menjaga habitat badak bercula satu
    Kita harus secara bersama-sama menjaga habitat alami badak bercula satu dari tangan-tangan tidak bertanggung jawab yang ingin memasukinya. Patroli secara rutin oleh petugas di kawasan Taman Nasional ini perlu diragukan, untuk mencegah orang tidak berkepentingan yang masuk ke area cagar alam ini.

Berkurangnya Luas Habitat

Tidak bisa dipungkiri lagi, akibat pembangunan yang dilakukan oleh manusia menyebabkan luas habitat bercula satu menjadi sangat minim. Ini menjadi salah satu faktor penyebab kelangkaan badak bercula satu yang cukup krusial. Dulunya populasi badak bercula satu di Indonesia tidak hanya ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon, ia pernah ditemukan di Gunung Salak, Jawa barat dan daerah hutan lain di Pulau jawa.

Hanya saja karena banyaknya pembangunan yang dilakukan oleh manusia menyebabkan habitat hewan ini menjadi menyempit, sehingga badak yang tinggal di dalamnya akhirnya punah. Contoh mudahnya saja di gunung salak yang saat ini banyak di bangun oleh manusia, kita bisa menemukan banyak villa dan pemukiman penduduk di sekitar gunung ini. Dengan kehadiran manusia maka badak tidak bisa hidup dengan tenang di habitatnya.

Kehadiran manusia juga menyebabkan perubahan ekosistem tempat badak tinggal. Kerusakan yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia pun tidak bisa dielakkan juga. Oleh sebab itu, saat ini habitat alami badak bercula satu tinggal di Taman Nasional Ujung Kulon saja. hingga saat ini, kondisi Taman Nasional tersebut terus dijaga kelestariannya dari gangguan manusia.

Lambatnya Berkembang Biak

Badak bercula satu merupakan hewan yang sangat lambat bereproduksi, ini menjadi penyebab kelangkaan badak bercula satu yang tidak kalah penting. Betina dewasa akan mengalami kematangan dari sisi reproduksi saat berusia 3-4 tahun dan pejantan akan mengalami kematangan pada sekitar umur 6 tahun.

Ketika kedua hewan yang telah matang organ reproduksinya ini bertemu dan melakukan perkawinan, maka kemungkinan hamil baru muncul sekitar 16-19 bulan setelahnya. Setelah melahirkan anakan badak, maka badak betina baru akan birahi kembali setelah 4-5 tahun kemudian. Tentunya periode ini sangat lama, apalagi dalam sekali bereproduksi biasanya hewan ini hanya akan menghasilkan satu anakan saja.

Oleh sebab itu, idealnya dalam sebuah populasi badak bercula satu memiliki komposisi 1 jantan dan 4 betina. Sehingga setiap tahunnya badak jantan dapat membuahi badak betina secara bergantian. Sayangnya saat ini populasi badak jantan di Ujung Kulon sedikit lebih banyak daripada populasi betinanya. Tentunya itu merupakan sebuah komposisi tidak ideal yang juga menjadi penyebab lambatnya perkembangan populasi badak bercula satu.

Persaingan dengan Banteng dan Mudah Sakit

Sebagai sesama hewan herbivora berukuran besar, badak bercula satu sering bersaing dengan banteng untuk memperebutkan wilayah dan sumber makanannya. Hal ini pula yang menyebabkan populasi badak tidak bisa maksimal di dalam habitatnya.

Persaingan memperebutkan wilayah ini sebenarnya bukan masalah yang terlalu serius. Ada lagi faktor penyebab kelangkaan badak bercula satu yang lebih serius, yaitu mudahnya hewan ini sakit dan kemudian mati. Ini salah satu hal yang menyebabkan kerepotan para ahli konservasi yang hingga kini belum bisa membuat hewan ini menjadi lebih susah sakit di habitatnya.