Taman Nasional Alas Purwo

Taman Nasional Alas PurwoTak hanya keindahan pantai dan gunung yang mempesona, di Banyuwangi juga terdapat Taman Nasional Alas Purwo yang merupakan tempat pelestarian berbagai hewan di kawasan hutan lindung. Taman Nasional Alas Purwo ini merupakkan salah satu tempat wisata di Banyuwangi yang sangat menarik untuk dikunjungi.

Mengunjungi kawasan ini akan memberikan pengalaman yang berbeda bagi anda. Setelah menikmati indahnya pemandangan gunung, pantai dan air terjun yang ada di Banyuwangi, tidak ada salahnya kan anda menikmati obyek wisata lain yang menyajikan kawanan hewan-hewan liar yang hidup secara liar di taman nasional.

Alasan Mengunjungi Taman Nasional Alas Purwo

Taman nasional di Banyuwangi ini memiliki luas area sekitar 43.420 hektar dan berada di ketinggian 322 meter diatas permukaan air laut. Adapun arti dari nama Alas Purwo yang diberikan tersebut memiliki arti sebagai hutan pertama dan tertua di Pulau Jawa.

Dikenal Angker oleh Penduduk sekitar

Banyak yang memandang bahwa hutan tersebut sebagai situs penciptaan pertama di bumi. Bagi masyarakat Banyuwangi, tempat ini dikenal sebagai lokasi yang angker dan dikeramatkan.

Bahkan, penduduk sekitar juga mempercayai bahwa pada lokasi hutan tersebut terdapat istana jin sebagai tempat berkumpulnya semua makhluk halus di seluruh Pulau Jawa. Maka, tak heran jika banyak warga sekitar yang sering melihat penampakan dari makhluk halus. Hal tersebut diperkuat dengan kondisi setempat yang berupa hutan, banyak gua, serta ada pula sejumlah situs yang sering dijadikan lokasi pelaksanaan ritual keagamaan.

Di setiap tahunnya, banyak umat Hindu dari Bali dan Banyuwangi yang  mengunjungi pura yang terdapat di tengah Alas Purwo. Selain itu, setiap tanggal 1 suro dan ketika bulan purnama juga banyak warga yang mendatanginya untuk melakukan semedi, mencari wangsit atau sekedar melakukan hal gaib. Dari keadaan tersebut, tak ayal jika banyak yang meyakini jika Taman Nasional Alas Purwo dikenal sebagai tempat terangker di Jawa.

Disamping banyaknya hal mistis yang melingkupinya, kawasan hutan yang masih perawan tersebut juga sering digunakan sebagai tempat wisata karena memiliki hamparan panorama alam yang cukup menarik. Pada area tersebut sangat cocok bagi para pecinta alam, dimana ketika ke hutan ini, pengunjung bisa menjelajahi hutan nan indah dan asri, mengamati berbagai jenis tumbuhan, dan lainnya.

Savana Seperti di Afrika

Terdapat sejumlah lokasi favorit yang sering dikunjungi oleh wisatawan, salah satunya yaitu Sadengan. Tempat ini berjarak sekitar 2 kilometer dari pintu masuk Pos Rawa Bendo. Lokasi ini merupakan padang savana yang terbentang luas dengan ukuran sekitar 84 hektar. Bagi sebagian pengunjung, berada di tengah Sadengan seakan-akan membuatnya sedang di Afrika. Dimana, pemandangan tersebut akan tampak jelas ketika matahari sedang teriknya.

Dalam area tersebut, anda akan berjumpa dengan berbagai kawanan satwa liar seperti banteng Jawa, sapi, rusa, bahkan burung merak juga terdapat dalam area seluas 84 hektar tersebut. Selain itu, di Sadengan juga berdiri tegak menara pandang yang terbuat dari kayu dengan tiga lantai. Dengan menggunakan menara tersebut, anda akan bisa melihat hamparan luas padang savana yang berisi aneka satwa di alam bebas.

Namun, pengunjung hanya bisa melihat dari jarak jauh, karena dilarang untuk memasukinya. Hal tersebut bertujuan untuk melindungi habitat asli satwa liarnya, serta menjaga keselamatan wisatawan. Selain dari menara, pengunjung juga bisa menikmati pemandangan savanna dari balik pagar pembatas. Namun, bagi tim peneliti dan konservasi biasanya boleh memasukinya asalkan ada izin yang jelas.

Situs Peninggalan Kerajaan Majapahit

Selain Sadengan, ada pula tempat favorit yang biasanya dikunjungi saat ke Taman Nasional Alas Purwo, yaitu Pura Giri Selaka dan Situs Kawitan. Pada bagian tengah hutan Purwo, terdapat situs peninggalan kerajaan Majapahit yang diberi nama Kawitan. Situs tersebut ditemukan oleh penduduk secara tidak sengaja pada sekitar tahun 1967, namun baru dibuka untuk kegiatan agama pada tahun 1968.

Menurut Mbah Mujioto sebagai pemangku dan tokoh yang disegani umat Hindu, penemuan situs tersebut bermula ketika pembabatan hutan dan penduduk tidak sengaja menemukan gundukan tanah. Ketika digali, ternyata terdapat bongkahan batu bata besar yang masih bertumpuk, dimana bentuknya menyerupai gapura kecil. Karena keunikannya tersebut beberapa warga membawanya pulang untuk tungku dapur dan alas rumah.

Namun, selang beberapa hari, warga yang mengambil batu tersebut terkena musibah berupa sakit. Semenjak kejadian tersebut, masyarakat mengembalikannya ke tempat semula dan menyimpulkan bahwa batu ini tidak biasa. Menurut kepercayaan masyarakat Hindu, bongkahan bata yang ditemukan tersebut berkaitan dengan perjalanan Sri Markandeya menuju Bali.

Tak hanya itu, ada pula yang meyakini jika gundukan batu tersebut tempat Mpu Baradah melakukan pertapaan. Walaupun belum ada prasasti yang menuliskannya dan menguatkan hal ini, masyarakat tetap menganggapnya sebagai tempat pemujaan Mpu Baradah. Sehingga, sampai saat ini tempat tersebut diyakini sebagai tempat suci. Oleh karena itu di dekat lokasi berdiri Pura Giri Selaka, sebagai tempat ritual masyarakat Hindu.

Selain wisata budaya, di sekitar Taman Nasional Alas Purwo juga terdapat pantai Trianggulasi, yang terletak sekitar 3 km dari Pos Rowobendo dan tidak jauh dari Pura Giri Selaka.  Lokasi ini menjadi favorit pengunjung karena pemandangan yang indah, terutama ketika matahari tenggelam. Selain itu, masih terdapat pula lokasi indah lainnya di sekitar hutan purwo seperti pantai Pancur, Ngagelan, wisata Gua, hutan mangrove Bedul, dan tempat lainnya.

Harga Tiket Masuk Taman Nasional Alas Purwo

Ketika sampai di pintu gerbang Alas Purwo, maka pengunjung akan diarahkan untuk menuju Pos Rowobendo. Pada tempat tersebut, wisatawan diharuskan melapor tentang tujuan kunjungan serta membayar retribusi resmi sebesar 5 ribu rupiah, untuk pengunjung domestik. Sedangkan, bagi wisatawan asing akan ditarik biaya retribusi sekitar 150 ribu rupiah. Retribusi tersebut akan dimasukkan ke kas negara sebagai Pendapatan Negara Bukan Pajak.

Tarif yang diterapkan tersebut hanya untuk biaya tiket masuk ke Taman Nasional Alas Purwo saja, dan belum termasuk tagihan lainnya, seperti parkir dan lainnya. Untuk penitipan kendaraan di hutan Purwo, tarif yang diberlakukan berbeda tergantung jenis kendaraannya. Bagi yang mengendarai roda dua, umumnya dikenakan biaya sekitar 5 ribu rupiah perhari. Sedangkan untuk roda empat harus membayar tarif sekitar 10 ribu rupiah perhari.

Rute Menuju Taman Nasional Alas Purwo

Untuk menuju ke hutan indah dan penuh mistis ini, anda bisa menggunakan rute dari Banyuwangi Kota menuju kecamatan Rogojampi, kemudian ke Srono, Muncar dan Tegaldino. Dari Tegal Dino, perjalanan dilanjutkan sejauh sekitar 10 km melalui jalan Makadam, kemudian akan menemukan Pos Rowobendo, sebagai pintu gerbang utama taman nasional Purwo. Jika dari Banyuwangi kota, anda hanya memerlukan waktu sekitar 2 jam ke gerbang hutan.

Apabila berangkat dari Jember, maka harus menempuh perjalanan sejauh kurang lebih 65 Km menuju ke kecamatan Genteng, kemudian dilanjutkan ke Jajag dengan menempuh jarak sekitar 15 Km. Dari lokasi tersebut, perjalanan diteruskan menuju Srono, Muncar, Tegaldlimo, hingga sampai ke Taman Nasional Alas Purwo. Berkunjung ke hutan tersebut sebenarnya bisa ditempuh dengan semua jenis kendaraan pribadi, baik motor maupun mobil.

Meskipun terkenal angker dan penuh kemistisan, namun tempat wisata tersebut memiliki masih memiliki banyak keindahan yang dimilikinya. Di sekitar hutan ini, masih terdapat kawasan yang bisa didatangi seperti Sadengan, Pura Giri Selaka, pantai Trianggulasi, pantai Pancur, Ngagelan, wisata Gua, hutan mangrove Bedul, dan tempat lainnya. Namun, yang paling sayang untuk dilewatkan adalah Sadengan, yakni padang savana seperti di Afrika.