Polychaeta

PolychaetaPolychaeta merupakan kelompok hewan yang memiliki banyak bulu yang tumbuh pada parapodia atau embelan di setiap segmen. Hal tersebut sesuai dengan namanya yang dalam bahasa Yunani artinya banyak bulu kaku. Ia merupakan salah satu kelas dari filum Annelida yang hidupnya sebagian besar berada di laut. Orang Indonesia memanggil hewan yang masuk ke dalam kelas ini dengan sebutan cacing laut.

Ciri-Ciri Kelas Polychaeta

Cacing Polychaeta kebanyakan hidup tersembunyi didalam lubang sehingga luput dari pengamata. Banyak diantara anggotanya memiliki warna menarik seperti merah, merah muda, hijau atau campuran dari berbagai macam warna.

Secara umum, ciri-ciri Polychaeta diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Memiliki tubuh yang panjang dan terbagi menjadi sekitar 200 segmen dan dilengkapi otot memanjang maupun melingkar.
  2. Cacing Polychaeta tidak memiliki batil isap.
  3. Segmentasi terlihat jelas dengan bentuk yang hampir sama (metamerisme), kecuali di bagian kepala dan segmen tubuh terakhir.
  4. Setiap segmen memiliki seperangkat organ yang dipisahkan dari segmen disebelahnya oleh sekat dan dilengkapi parapodium kaku yang mencuat dari bagian samping.
  5. Parapodium dilengkapi dengan cuping yang ditumbuhi seta. Parapodium sangat menonjol dengan tipe beragam, ada yang bercabang dua (biramus) atau bercabang banyak (uniramus), bahkan ada yang tereduksi.
  6. Seta umumnya terdiri atas 2 berkas yaitu notosetae di bagian dorsal dan neurosetae di bagian ventral.
  7. Kepala mudah dikenali, dilengkapi mata, tentakel dan prostomium yang pada umumnya berkembang sangat baik. Pada bagian kepala juga terdapat palpus yakni cuping yang seperti kerucun dan kuat.
  8. Susunan saraf terpisah dari epidermis. Di bagian anterior terdapat ganglion otak yang terletak dibawah saluran pencernaan dan beberapa percabangan.
  9. Saluran pencernaan lengkap berbentuk tubular memanjang, terdiri atas mulut dengan sepasang gigi rahang, farink yang dapat dijulurkan, kerongkongan yang pendek, usus dan anus.
  10. Sistem sirkulasi tidak berhubungan dengan rongga tubuh.
  11. Sistem reproduksi pada Polychaeta bersifat diesis, gonad terdapat dalam beberapa segmen dan tanpa klitelum.

Pengelompokkan

Polychaeta terdiri sekitar 5.500 spesies dan dibagi kedalam 2 kelompok yaitu Errantia dan Sedentaria. Pengelompokkan ini didasarkan pada perkembangan bagian anterior dan cara hidup. Errantia memiliki tubuh bersegmen banyak dengan metameri sempurna, mempunyai kepala dengan sejumlah palpus, antena dan siri tentakel. Errantia hidup bebas sebagai pemangsa. Oleh karenanya, kelompok ini memiliki rahang yang kuat dan kompleks. Rahang dan susunannya dapat dijadikan ciri penentu spesies.

Sedangkan Sedentaria memiliki jumlah segmen tubuh yang relatif terbatas jika dibandingkan dengan Errantia. Bagian anterior tubuh dilengkapi dengan anggota badan atau tidak sama sekali, yang bentuknya mirip dengan Errantia.  Anggota Sedentaria ini mayoritas pada bagian anteriornya termodifikasi menjadi lubang mulut yang dikelilingi insang. Bagian tengah membentuk abdomen dengan parapodia pendek.

Perilaku

Cacing Polychaeta kebanyakan hidup di laut dan banyak dijumpai di pantai yag tidak begitu dalam dengan dasar lumpur pasir atau pasir berlumpur. Beberapa spesiesnya ada yang hidup di air payau, air tawar dan bahkan ada yang hidup sebagai parasit. Sebagian besar Polychaeta hidup sebagai bentos, kecuali cacing laut Tomopteris (famili Tomopteridae) yang hidup melayang-layang dalam air sebagai plankton.

Meskipun kebanyakan bersifat bentik, beberapa spesies dapat berenang bebas di dekat permukaan laut, terutama selama musim memijah. Umumnya Polychaeta (Errantia) hidup dengan cara membenamkan diri dalam celah dibawha bebatuan atau dalam pasir di daerah pasang surut. Spesies Polychaeta tertentu (Sedentaria) hidup bersembunyi di dalam tabung yang terbuat dari bahan kapur hasil sekresi kelenjar kapur, butiran pasir yang direkatkan dengan lendir atau dari bahan seperti kertas.

Spirobranchus giganteus (cacing tabung) hidup soliter membuat lubang di terumbu karang. Cacing tabung sangat sensitif terhadap sentuhan. Cacing ini akan segera menutup operkulum dan menarik diri dalam tabungnya aabila insangnya yang berwarna warni dan memiliki bentuk seperti pohon cemara itu tersentuh. Chloeia capillata hidup bersembunyi dibawah bebatuan dan akan ke luar menuju permukaan laut serta berenang dengan gerakan meliuk-liuk pada saat musim memijah. Iphione muricata juga hidup bersembunyi di bawah bebatuan, tubuhnya ditutup oleh 10 pasang sisik berbentuk ginjal yang tersusun tumpang tindih seperti genting. Cacing ini akan menanggalkan sisik-sisiknya bila merasa terganggu.

Jenis Makanan Polychaeta

Cacing Polychaeta tergolong pemakan segala dengan jenis makanan yang berbeda-beda. Nereis bersifat karnivora berperan sebagai pemangsa, memakan berbagai spesies cacing atau Crustaceae kecil. Ada juga yang bersifat herbivota memakan alga seperti Fucus dan Ulva. Ditinjau dari cara makannya, Spirobranchus giganteus tergolong hewan penyaring (filter feeder). Pada umumnya, kelompok Poluchaeta Errantia pemakan organisme lain, sedangkan kelompok Sedentaria bersifat pemakan dentritus. Beberapa spesies cacing Polychaeta yang hidup parasit menyerap sari makanan dalam saluran pencernaan inangnya, misalnya Mizostomum pulvinar yang hidup dalam usus Crinoidea.

Respirasi, Sirkulasi dan Ekskresi

Cacing Polychaeta memiliki sistem peredaran darah tertutup. Darah berwarna merah karena mengandung hemoglobin yang terlarut dalam plasma. Selain berfungsi untuk mengangkut oksigen yang diambil dari insang darah juga berfungsi untuk mengedarkan sari makanan.

Polychaeta bernafas dengan insang yang bentuk dan letaknya sangat beragam tergantung pada spesiesnya. Insang merupakan modifikasi dari sebagaian parapodia dan terdapat di setiap ruas pada Polychaeta yang metameriknya sempurna. SElain dengan insang, pertukaran gas juga dapat melalui permukaan tubuh.

Reproduksi Polychaeta

Cacing Polychaeta umumnya dapat dibedakan antara hewan jantan dan betina (diesis) dengan kebiasaan reproduksi yang beragam. Saat akan berkembang biak, betina akan melepaskan telur yang jumlahnya beribu-ribu ke laut dan diikuti dengan pelepasan sel sperma jantannya, fertilisasi terjadi secara eksternal. Telur akan menetas menjadi larva trokofor yang dapat berenang bebas dan akan melakukan metamorfis sempurna sebelum menjadi dewasa.

Pada beberapa spesies, betinannya memiliki semacam rongga khusus pada bagian tubuh tertentu yang disebut epitoke sehingga pembuahan terjadi di dalam tubuhnya. Pada waktu akan berkembang biak, bagian epitoke akan terpisah dengan bagian lain yang disebut atoke. Atoke akan kembali ke dalam lubang dan akan keluar bila saat berkembang biak tiba, sedangkan bagian epitoke akan terapung-apung di perukaan laut.