Kehidupan manusia di bumi ini sangat bergantung pada lautan, manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan organisme yang hidup di dalamnya. Di lain pihak, manusia menjadi penyebab pencemaran laut dengan cara menjadikannya tempat pembuangan benda-benda asing dan pengendapan barang sisa yang diproduksi oleh manusia. Beberapa penyebab pencemaran laut yang dilakukan oleh manusia diantaranya ;
- Membuang limbah plastik dan toksik ke laut.
- Polutan yang disebabkan oleh kendaraan bermotor dan pabrik yang terbawa oleh udara.
- Limbah pabrik, rumah tangga dan lainnya yang terbawa oleh air.
- Tumpahan minyak dari minyak tanker yang bocor serta aktivitas pengeboran minyak lepas pantai.
Lautan dapat melarutkan dan menyebarkan bahan-bahan pencemar tersebut sehingga konsentrasinya menjadi menurun, terutama di daerah laut dalam. Kehidupan laut dalam juga terbukti tidak terlalu terpengaruh pencemaran laut daripada laut dangkal. Daerah pantai, terutama daerah muara sungai, sering mengalami pencemaran berat yang disebabkan karena proses penguraian bahan pencemar yang berjalan sangat lambat.
Pencemaran bahan Kimia Toksik dan Plastik di Laut
Permasalahan dari bahan kimia toksik dan plastik ialah karena tidak dapat didegradasi secara alamiah, sehingga dapat menyebabkan toksik terhadap ikan dan organisme laut lainnya. Biasanya hanya terdapat sedikit kehidupan pada lokasi laut yang mengalami pencemaran berat oleh bahan kimia toksik ini. Hewan laut di perairan laut dangkal yang tercemar, seperti kepiting, udang dan lobster ditemukan erosi pada kutikula dan juga nekrosis. Ikan yang tertangkap di daerah tersebut banyak ditemukan tumor pada badannya dan juga luka-luka erosi yang disebabkan oleh bahan kimia toksik.
Sampai tahun 1988 diperkirakan 275 daerah pantai di Amerika tertutup untuk pencarian kerang laut dan 100.000 hewan mamalia laut seperti ikan paus, singa laut, dolphin dan anjing laut mati mengenaskan karena memakan bahan plastik yang dibuang ke laut. Kapal dagang dan kapal pesiar membuang sampah kantong plastik sekitar 450.000 buah setiap harinya, sehingga dapat diperkirakan berapa ribu ton plastik yang dibuang ke laut setiap tahunnya. Dari hal tersebut dapat dibayangkan betapa terganggunya kehidupan laut oleh ulah manusia yang tidak memikirkan akibat buruk dari perbuatan mereka.
Laut sebagai Tempat Pembuangan Limbah
Setiap tahunnya, laut Atlantik, Pasifik dan beberapa pantai laut dangkal digunakan sebagai tempat pembuangan limbah yang jumlahnya mencapai lebih dari 172 metrik ton limbah padat. Menurut peraturan tahun 1972 di Amerika pembuangan limbah tersebut masih diperbolehkan, tetapi harus segera dihentikan pada tahun 1977. Pembuangan limbah di laut kini masih banyak dilakukan, bahan buangan tersebut terutama berasal dari bahan kerukan pelabuhan yang mendangkal, sungai yang mendangkal dan sebagainya. Biasanya dua pertiga dari bahan tersebut berupa bahan yang terkontaminasi oleh bahan toksik buangan dari limbah industri dan rumah tangga serta ladang pertanian.
Diperkirakan 20% dari limbah yang dibuang ke laut adalah limbah industri berupa lumpur lunak (sludge), lumpur yang bercampur dengan bahan kimia toksik, agen infeksi dan bahan padat yang berasal dari endapan pengolahan limbah. Ada empat cara untuk melakukan pembuangan limbah, yaitu dibakar, dikubur, dibuang ke laut dan diolah untuk menghilangkan bahan toksik, kemudian disebar sebagai pupuk di lahan pertanian.
Di Amerika mulai tahun 1972 dilakukan pelarangan pembuangan sampah industri ke laut, dan hasilnya tahun 1975 sampai 1985 pembuangan sampah industri menurun hingga sekitar 75%. Tetapi pembuangan limbah berbentuk lumpur (sludge) meningkat sampai 60% pada periode yang sama. Hal ini terjadi karena naiknya tingkat pengolahan limbah yang diwajibkan oleh pengawasan polusi air yang dimulai tahun 1970, hingga pembuangan endapan lumpur dari hasil pengolahan limbah terpaksa dibuang ke laut.
Pencemaran Minyak di Laut
Baik Minyak mentah maupun yang telah dimurnikan kadang-kadang tertumpah di laut dari beberapa sumber pencemar. Kecelakaan kapal tanker dan ledakan sumur minyak lepas pantai (karena gas tekanan tinggi) telah sering dilaporkan. Walaupun begitu, beberapa peneliti melaporkan bahwa pencemaran minyak di laut yang berasal dari daratan sebagai akibat terbawa arus air hujan dan pembuangan sampah dari perkotaan serta industri masih lebih besar lagi.
Pada tahun 1979 terjadi ledakan hebat pada sumur minyak lepas pantai di sebelah selatan Teluk Meksiko, sehingga terjadi kebocoran minyak sekitar 184 juta galon dalam kurun waktu 8 bulan sejak terjadinya ledakan. Jumlah minyak yang mengalir dari sumur minyak lepas pantai pada saat beroperasi normal dan transportasi dari lepas pantai ke lokasi tujuan, ternyata masih lebih besar daripada akibat insiden ledakan tersebut.
Tumpahan minyak dilaut dari kecelakaan kapal tanker hanya sekitar 10-15% dari seluruh tumpahan minyak di laut per tahun, tetapi kecelakaan tersebut mengakibatkan pengaruh yang besar secara ekonomi dan kerusakan ekologi. Kecelakaan besar terjadi tahun 1983 pada saat kapal tanker Castillo de Belver terbakar dan minyak tertumpah ke laut sejumlah 78,3 juta galon di sekitar pantai Cape Town, Afrika Selatan.
Akibat pencemaran minyak terhadap ekosistem laut bergantung pada :
- Jenis minyak (minyak mentah atau murni).
- Jumlah tumpahan minyak.
- Jarak lokasi tumpahan minyak dengan pantai.
- Frekuensi terjadinya tumpahan minyak per tahun.
- Kondisi iklim.
- Suhu air laut rata-rata.
- Pasang surutnya air laut di lokasi tumpahan.
Baik minyak mentah maupun yang dimurnikan (refined) banyak mengandung substansi yang bersifat macam-macam. Bilamana minyak tertumpah di laut, aromatik hidrokarbon seperti benzen dan toluen merupakan komponen utama yang toksik dan langsung membunuh kerang, ikan yang tinggal menetap atau larva ikan yang belum dapat melarikan diri dengan cepat terhadap pengaruh polusi minyak tersebut. Pada kondisi udara panas hampir semua bahan toksik tersebut menguap ke udara dalam waktu satu atau dua hari, tetapi pada kondisi udara dingin penguapan dapat berjalan selama satu minggu.
Beberapa jenis bahan kimia terlihat mengambang di permukaan dan bentuknya bulat, ada yang kecil seperti kelereng dan ada yang sebesar bola tenis. Bahan ini biasanya lengket dan dapat melekat pada bulu burung laut yang berenang di sekitarnya sehingga burung itu tidak dapat terbang. Hewan laut lainnya dan benda-benda di sekitarnya terlihat terlapis oleh bahan-bahan yang lengket tersebut. Lapisan yang berminyak dapat menghambat laju kehidupan di sekitarnya, sehingga ikan atau hewan laut lainnya tidak dapat bernafas sehingga akhirnya mati dan tenggelam. Kejadian ini akan berlangsung cukup lama, diperkirakan sekitar sebulan, yang akhirnya akan terdegradasi oleh bakteri. Tetapi kejadian itu akan menjadi lebih lama lagi bila keadaan suhunya dingin.
Komponen bahan minyak yang berat akan tenggelam di dasar laut, juga bisa terbawa arus dari muara sungai dan sampai berpengaruh cukup lama terhadap ekosistem laut. Komponen minyak tersebut dapat membunuh kehidupan dasar laut seperti kepiting, udang, kerang, keong dan klam atau menyebabkan rasa tidak enak bila dikonsumsi oleh manusia karena sangat berminyak dan berpengaruh kurang sedap terhadap bau dan rasa. Pada umumnya bahan kimia minyak bersifat tidak berlipat ganda kandungannya dalam jaringan biologis seperti pada unsur logam.
Hasil dari suatu penelitian terhadap tumpahan minyak di aut. Dilaporkan bahwa hampir semua organisme dalam air laut dapat kembali normal dalam waktu sekitar 3 tahun setelah terjadi pencemaran minyak mentah yang berat. Pencemaran minyak yang telah dimurnikan akan memakan waktu sepuluh tahun lebih lama, terutama bila terjadi di daerah muara sungai. Sedangkan bila pencemaran minyak terjadi di lautan kutup yang dingin akan memakan waktu jauh lebih lama lagi.
Minyak yang mencemari daratan dan terbawa arus air hujan atau air sungai dapat mencemari daerah pantai dan berdampak serius terhadap sistem perekonomian daerah sekitar pantai. Aktivitas para nelayan dan industri pariwisata akan sangat terganggu. Pencemaran minyak yang mencemari pantai laut terbuka biasanya akan segera terbawa gelombang air atau arus air sehingga pantai cepat bersih kembali. Akan tetapi bila pantai letaknya di daerah teluk dan arusnya air lambat, kontaminasi minyak akan terjadi selama beberapa tahun.