Homo Floresiensis

Homo FloresiensisSalah satu jenis manusia purba yang jarang dipublikasikan adalah Homo Florensis. Hal ini karena Homo floresiensis termasuk penemuan hominin tipe baru yang fosilnya ditemukan pada tahun 2003 di Flores.

Kita tahu, bahwa 60% fosil manusia purba ditemukan di negara kita. Mulai dari jenis meganthropus, pithecanthropus, homo erectus, hingga homo sapiens semuanya ditemukan di berbagai pulau di Indonesia. Salah satunya ialah Homo Floresiensis yang ditemukan belum lama ini di Flores dan menjadi sebuah teka-teki bagi para pakar arkeologi dan antropologi internasional.

Pengertian

Homo floresiensis memiliki sebutan Flores Man atau Manusia Flores karena ditemukan di pulau Goa Liang Bua, Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

Tempat ini sudah lama menjadi lokasi ekskavasi paleontologi dan arkeologi sejak tahun 1989. Beberapa fosil homo sapiens dan kerangka mamalia purba pun ditemukan disini.

Sekelompok peneliti menjuluki jenis manusia purba ini sebagai “Hobbit” mengingat ciri-cirinya yang mirip makhluk fantasi hobbit yakni bertubuh kerdil dengan volume otaknya yang kecil.

Fosilnya ditemukan di Gua Liang Bua pada tahun 2003 dalam bentuk serial subfosil. Maknanya, fosil tersebut berupa sisa-sisa tubuh yang belum membatu dengan sempurna (tulang dan kerangkanya tidak dalam kondisi memfosil).

Karena itu, para peneliti menyimpulkan bahwa Homo floresiensis termasuk manusia purba yang cukup akhir, yakni berusia sekitar 13 ribu – 94 ribu tahun yang lalu.

Penemu Homo Floresiensis

Penemuan Homo floresiensis merupakan hasil dari ekspedisi dan eksplorasi pencarian jejak migrasi manusia purba Australia di Indonesia. Sejak tahun 2001, pemerintah Indonesia dan Australia bekerja sama untuk menjalankan eksplorasi ini.

Lalu, pada September tahun 2003, Indonesia yang dipimpin oleh Raden Pandji Soejono yang merupakan anggota Puslit Arkenas (Puslitbang Arkeologi Nasional) dan Australia yang dipimpin oleh Mike Morwood dari New England University menemukan fosil manusia purba ini.

Fosil tersebut ditemukan setelah melakukan penggalian yang sangat dalam yakni hingga kedalaman lima meter yang mana sebelumnya tidak pernah menggali sedalam itu. Bagian yang ditemukan berupa tengkorak dan tulang kerangka yang belum memfosil (tidak membatu), namun dalam keadaan basah dan rapuh.

Setelah diteliti, tulang belulang tersebut berasal dari sembilan individu yang berbeda yang masing-masing tidak lengkap. Mereka memberi kode untuk penemuan tersebut mulai dari LB1 hingga LB9 mulai dari postur terendah hingga yang tertinggi yakni berukuran 1 meter.

Selain fosil manusia, tim ekspedisi ini pun menemukan tulang belulang beberapa jenis hewan dan juga peralatan kebudayaan manusia purba tersebut. Diperkirakan, Goa ini dulunya merupakan kuburan atau sebagai tempat pembuangan.

Sejarah Homo Floresiensis

Berdasarkan analisa seorang peneliti dari UGM bernama Profesor Teuku Jacob, Homo floresiensis merupakan sekelompok manusia purba yang dulunya menderita penyakit mikrosefali (microcephaly) yang ciri-cirinya adalah terganggunya pertumbuhan badan, termasuk bagian kepala dan otaknya.

Menurutnya, jenis manusia purba ini masuk ke dalam golongan Homo sapiens yang masuk dalam ras Australomelanesoid.

Namun, ada pendapat yang menyatakan bahwa fosil tersebut bukanlah fosil manusia mengingat tidak ada dalam sejarah manusia yang memiliki bentuk seperti demikian. Hal ini akhirnya membuat perdebatan yang sengit sehingga membuat Gua Liang Bua dan Gua lainnya ditutup untuk menghindari eksplorasi yang berlebihan.

Pada akhirnya, di September tahun 2007 para ilmuwan memberikan pendapat bahwa Homo floresiensis termasuk manusia purba namun masih primitif, bukan golongan Homo sapiens dilihat dari bentuk pergelangan tangannya.

Argumen tersebut diperkuat lagi oleh dua buah publikasi di tahun 2009 yang menyatakan bahwa Homo floresiensis masuk ke dalam golongan Homo erectus mengingat ciri-cirinya mirip dan lebih dekat dengan homonim purba.

Ciri-Ciri Homo Floresiensis

Berikut ini beberapa ciri-ciri manusia purba jenis Homo floresiensis berdasarkan penemuan tulang kerangka dan tengkorak di Liang Bua:

Tengkorak Lonjong namun Pendek

Satu hal yang paling membedakan Homo floresiensis dengan jenis manusia purba lainnya ialah pada bentuk tengkoraknya. Manusia purba satu ini memiliki tengkorak yang lonjong agak memanjang ke belakang namun pendek bagian atas dan bawahnya karena tidak memiliki dagu.

Diantara penemuan tengkorak manusia purba jenis lainnya, bisa dikatakan bahwa Homo floresiensis memiliki ukuran yang paling kecil. Walau begitu, ada juga yang berpendapat bahwa fosil yang ditemukan tersebut merupakan orang yang mengalami kelainan pertumbuhan (cebol).

Volume Otak Berukuran 380 cc

Karena ukuran tengkoraknya kecil, maka volume otaknya pun kecil. Bahkan saking kecilnya, volume otak Homo floresiensis memiliki urutan di bawah volume otak simpanse.

Manusia purba lain memiliki ukuran yang lebih besar yakni Homo sapiens rata-rata 1400 cc, dan homo erectus 1000 cc. Ukuran otak yang kecil menandakan bahwa kehidupan manusia purba ini masih sangat primitif.

Tinggi Badan Maksimal 100 cm

Homo floresiensis hanya memiliki tinggi maksimal sekitar satu meter untuk usia dewasanya. Bahkan rata-rata untuk usia dewasa hanya berada di bawah ukuran tersebut. Sementara untuk berat badannya, paling berat hanya berukuran 30 kg.