Belalang Kayu

Belalang kayuBelalang Kayu (Valanga nigricornis) atau disebut juga sebagai Belalang Jawa (The Javanese Bird Grasshopper) merupakan jenis belalang yang berasal dari Asia Tenggara mulai dari Indonesia, Singapura, Malaysia, Kamboja, Brunei, Filipina, Vietnam, Thailand, dan Papua New Guinea.

Hewan ini berasal dari keluarga Acrididae dan genus Valanga. Pertama kali diteliti di Jerman pada tahun 1838 oleh seorang ahli zoologist bernama Herman Burmeister. Belalang kayu diketahui memiliki lebih dari 20 subspesies yang masing-masing merupakan endemik di wilayah tertentu.

Penyebaran

Walaupun serangga ini diyakini berasal dari wilayah Asia Tenggara, namun penyebarannya hampir merata ke seluruh dunia. Misalnya di Australia, India, Palau, hingga Amerika.

Belalang kayu dapat ditemukan dimanapun baik itu di hutan, sawah, pesisir, hingga pinggiran rawa atau danau dengan kondisi lingkungan yang hangat, tercukupi sinar matahari, dan banyak kehijauan disekitarnya.

Di daerah yang memiliki 4 musim, serangga ini akan melakukan hibernasi sepanjang musim dingin sambil berganti kulit. Namun, sebagian besar diantaranya akan mati saat musim dingin karena kurang dapat beradaptasi pada suhu dingin yang terlalu ekstrim.

Taksonomi Belalang Kayu

Inilah taksonomi dari spesies belalang kayu yang diambil dari data Burmeister tahun 1838:

Kingdom: AnimaliaFilum: ArthropodaKelas: InsectaOrdo: Orthoptera Family: AcrididaeSubfamily: CyrtacanthacridinaeSuku: CyrtacanthacridiniGenus: ValangaSpesies: Valanga nigricornis

Ciri-Ciri Belalang Kayu

Belalang kayu jantan dan betina memiliki spesifikasi yang berbeda atau disebut sebagai seksual dimorfisme.

Untuk pejantan, ukuran tubuhnya berkisar antara 45 – 55 mm (1,8 hingga 2,2 inch). Sementara panjang tubuh betina lebih bervariasi yakni mulai dari 15 – 75 mm (0,6 hingga 3 inch).

Saat masih kecil, tubuh serangga ini berwarna hijau. Semakin tua akan berwarna coklat kekuningan dengan corak hijau pada bagian abdomen dan thorax. Apabila semakin dewasa, maka warna coklatnya akan semakin mendominasi.

Belalang jantan dewasa memiliki warna coklat yang lebih gelap dan ukuran yang lebih ramping. Sedangkan yang betina lebih terang dan terdapat corak warna lain serta memiliki tubuh yang lebih panjang.

Daur Hidup Belalang Kayu

Semua belalang memiliki daur hidup yang sama yakni berupa metamorfosis tidak sempurna. Berikut daur hidup yang dilalui oleh belalang kayu mulai dari telur hingga dewasa:

Stadium Telur

Telur yang dihasilkan oleh belalang betina akan diletakan di berbagai tempat seperti ranting pohon, dedaunan, batang tanaman, namun yang paling sering ialah di dalam tanah / pasir. Satu pejantan betina dapat bertelur hingga 300 butir.

Lama waktu menetas tergantung dari kondisi lingkungan. Pada lingkungan yang lembab dan hangat, maka telur akan menetas dalam beberapa hari sampai beberapa bulan. Namun, di wilayah yang kering dan dingin dapat menetas selama 10 bulan lebih.

Stadium Nimfa

Setelah telur menetas, maka tahap ini yang disebut sebagai stadium nimfa. Stadium inilah yang paling membedakan antara metamorfosis sempurna dan tidak sempurna. Pada tahap nimfa, belalang sangat rentan terhadap serangan musuh dan biasanya butuh waktu selama 40 hari.

Ciri-ciri stadium nimfa adalah sudah menyerupai belalang dewasa hanya saja belum mempunyai sayap maupun alat reproduksi. Warna tubuhnya hanya putih pucat. Jika sudah terkena sinar matahari maka akan berubah menjadi hijau.

Stadium Imago

Imago disebut juga sebagai stadium dewasa. Fase ini merupakan kondisi dimana belalang sudah memiliki fisik yang sempurna mulai dari sayap yang siap untuk terbang dan sistem reproduksi yang sudah matang.

Belalang dewasa dapat hidup selama 1 tahun. Namun hal ini sangat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kondisi iklim, ketersediaan makanan, dan variasi spesies dari belalang kayu itu sendiri.

Makanan

Dibandingkan belalang hijau, hewan satu ini memiliki variasi makanan yang lebih kompleks. Diantaranya ada sayuran (sawi, kol, kubis, selada, kangkung), tanaman serelia (jagung, sorghum, padi, gandum), dan tanaman perkebunan (bibit kelapa sawit, bibit karet, dan bibit tanaman buah).

Karena sifatnya yang suka berpindah-pindah tempat dan juga rakus akan makanan, serangga ini menjadi hama petani yang sulit dikendalikan. Bahkan seringkali dilaporkan kegagalan hasil pertanian yang diakibatkan oleh belalang kayu.

Terlebih, belalang kayu bersifat musiman. Jadi saat betina satu bertelur, maka belalang betina lain pun akan ikut bertelur. Hal ini akan menyebabkan outbreak yang sangat meresahkan bagi para petani.

Bahkan beberapa kasus outbreak pernah terjadi di bandara Internasional sehingga menyebabkan penundaan penerbangan dalam waktu yang cukup lama.

Satu-satunya pengendalian belalang kayu yang efektif dan aman adalah dengan membiarkan musuh alaminya yaitu burung hidup bebas di alam semesta. Sehingga ekosistem dapat terjaga dengan baik dan manusia pun tidak akan dirugikan.

Itulah beberapa informasi yang dapat kami berikan seputar belalang kayu. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!